Wednesday, September 26, 2007

Pssstt.. jangan bilang pasien 'kabur' tapi...

--a-b-s-c-o-n-d-i-n-g--- itu jawabannya menurut Master kita Intansari Nurjannah di Exit Seminarnya.. berikut abstract-nya..

Title: Patient absconding from a psychiatric setting in Indonesia: a case study

Intansari Nurjannah*
Mary FitzGerald**
Kim Foster***

Absconding from mental health services is a phenomenon that has increasingly caught the attention of nursing researchers in Western countries. This phenomenon also occurs in psychiatric hospitals in Indonesia. However, this is not a topic that has received a great deal of attention in terms of research in Indonesia.

The aim of the study is to provide a profile of absconding events over a one-year period in one mental health institution. The objectives of the study are to:

identify demographic patterns associated with all absconders from the Institution during a one year period;
describe the experience of patients and nurses related to incidents of absconding;
identify the contextual factors that promote and obstruct absconding behaviour; and
discuss the ways in which absconding events in this case differ or are similar to reports of absconding in the West.

A case study using mixed methods has been undertaken in order to provide a profile of absconding events over a period of one year in a psychiatric hospital in Indonesia. Data included: a one year audit of absconding events, a period of observation and interviews with patients and nurses.

Over a one year period of data collection 133 absconding events were recorded that involved 106 patients. The predominant patterns of people who abscond are young male patients with a history of previous admission. Most patients return to the hospital on the day of absconding. This information is consistent with findings in the West.

Sixteen patients who absconded during a seven months period of data collection were interviewed. Three themes were identified: ‘The call to home’, ‘Hopes and realities’ and ‘Us and them’. All these themes link to the process of recovery. ‘The call to home’ and hoped for happier life considered as the first step for recovery process. ‘The call to home’ was the result of patient’s eagerness to have connection with their community and to feel safe. Patients hoped to experiences a happier life however most of their hopes are dashed as they failed to reach home or their family sent them back to hospital. The last theme was ‘Us and them’ in which the patients describe the differences between them and others and the consequence of the differences which form a barrier for developing and growing to be recover and also creates negative feelings.

Observations and interviews with 24 nurses revealed a style of nursing that is custodial rather than therapeutic. The days are filled with routine duties and opportunities to prepare patients for discharge as important part of recovery process are missed. The nursing staffs are disappointed with the attitude of the community to people with mental health problems and believe that families are responsible for patients once they are ready for discharge.

The majority of patients who absconded from the hospital in this study were ready for discharge and awaiting collection by their family as they were considered to be in the process of recovery. It appears that there is little adequate support for patients who are ready to be discharged from hospital. It is not unusual for patients who have absconded to be brought back to hospital again by their family if they are not well received in the community.

Short term recommendations centre on the rehabilitation focus and activities in the hospital, nurses should become more involved with interventions that are appropriate in rehabilitation processes and see it as an integral part of discharge planning. In the longer term nurses require resources to support their education and the implementation and evaluation of person centered models of care. Strategic plans should be implemented to change public attitude towards people with a mental health problem. Further research on this topic is required to understand community attitudes and test alternative models of nursing care.


© PPIA-JCU

Tuesday, September 25, 2007

Intan sang suster

bersama sang putra2 tercinta dan sang supervisor Prof Mary FritzGerald

Menjadi orang gila memang menyakitkan. Kekurangpahaman keluarga sendiri dan masyarakat membuat mereka makin terpuruk. Terisolir bagaikan orang buangan. Parahnya lagi konsep penanganan yang dilakukan selama ini terasa sebagai penjara sehingga pasien rumahsakit jiwa tak jarang melarikan diri. Hal diterjemahkan oleh pihak rumahsakit sebagai tindakan "absconding". Kepedulian akan fenomena ini mencemaskan Intansari Nurjannah untuk mencoba menguak, ada apa sebenarnya dengan mereka? Puluhan pasienpun didekati Intan dengan resiko dimarahi dan dicibiri. Beberapa kalimatpun tercetus: aku ingin pulang tapi mereka tak mau menerima. Kenapa dokter tetap memberikan obat? Aku sudah sembuh. Kalau toh hanya obat kenapa aku tak minum di rumah saja? dan lain-lain yang mengusik hati.

Dari dua tahun penelitian, Intan berhasil melewati MSc exit seminar dengan judul penelitian: Absconding from a psychiatric setting in Indonesia: a case study. Sangat terasa masih adanya gap pengertian antara masyarakat dan para professionals tentang pelarian yang diterjemahkan oleh para pasien sebagai sebuah perjalanan ke arah kebebasan. Sebuah formula baru ditawarkan Intan dengan membawa psycho-education kepada keluarga, masyarakat bahkan juga dokter dan perawat yang menangani mereka. Hal ini tak lain untuk mengubah konsep berpikir mereka terhadap orang yang dianggap kelainan jiwa.

Good job, Intan... Dan jangan lupa salah satu rekomendasi untuk studi lanjut ke level yang lebih tinggi!

© PPIA-JCU

Icha, Batman dan Dolphins


Siapa bilang tak ada hubungan antara Batman dan lumba-lumba? Putu Liza Kusuma bisa membuktikannya. Beberapa dialog dalam komik Batman tentang lumba-lumba muncul dalam presentasi konfirmasi PhD seminar perempuan Bali yang biasa dipanggil Icha. Diapun dengan senangnya bisa dipanggil Tara. Presentasi ilmiah yang dikemas dengan santai membuat suasana mengalir dan menyenangkan. Toh tak membuat Icha untuk tetap tidak mengeluarkan gurauan bahkan quiz-nya.

Topik yang diangkat Icha adalah: Towards Sustainable Dolphin-Watching Tourism in Bali, Indonesia. Sebuah industri potensial di samping beragamnya industri pariwisata lainnya yang mulai diminati. Dua tempat di Bali menjadi titik penelitian Icha: perairan Lovina di Bali utara dan Jimbaran di Bali selatan. Dengan mengusung konsep Quadruple bottom line sustainability dengan perpaduan ekologi, ekonomi, sosial dan manajerial sebagai indikator penilaiannya, Icha mengharapkan bahwa kajian ini akan menciptakan sebuah konsep pariwisata yang berdasarkan alam yang merupakan intisari dari perpaduan pariwisata petualangan(adventure)-kehidupanliar(wildlife)-ekoturisme. Good luck, Cha!

© PPIA-JCU

Kelapa Sawit dan Noto Prabowo

Bicara kelapa sawit tak lepas dari kontribusinya dalam perekonomian Indonesia dan juga hubungan-eratnya dengan kebutuhan masyarakat. Tujuh belas Agustus lalu, saat orang lagi sibuk dengan kegiatan tujuhbelasan, nun di utara Queensland tepatnya di kota Cairns, Noto Prabowo malah "sibuk" dengan bagaimana meyakinkan proyek penelitian PhD nya kepada panelis dan pengunjung tentang bagaimana pengelolaan perkebunan kelapa sawit ditinjau dari penggunaan pupuk dan pemilihan lokasi. Topik penelitiannya adalah: Reasons for differences in nutrient use efficiency of oil palm between sites in Sumatra
Penelitian yang memilih lokasi di Sumatra ini ditujukan untuk mengoptimalkan produksi kelapa sawit dengan memperhatikan suplai nutrien yang efisien.

pic source: http://www.nakertrans.go.id/statistik_trans/KLIPING/Des05/13kelapa.gif

© PPIA-JCU

Friday, September 21, 2007

Rest in peace, poor possum!

reporter: Putu Liza/Icha

Komunitas JCU Townsville geger hari ini karena internet sistem kampus down lepas jam makan siang (untungnya setelah Icha confirmation seminar!). Ternyata, usut punya usut, akar masalahnya adalah seekor possum yang nyasar ke domain panel utama powerboard internet dan terperangkap, tersetrum, dan menemui ajalnya di sana.

Alhasil, petugas IT JCU harus mengeluarkan si possum yang malang dan melakukan total shut-down system sehingga satu kampus geger semua karena tidak bisa kirim email (termasuk Mami supervisor Icha--Prof Helene Marsh....). Setelah bekerja keras sesiangan, sore ini sistem email dan internet JCU berhasil mengudara kembali. Semoga saja tidak lagi terulang peristiwa yang mengenaskan ini... dan semoga sang possum sekarang beristirahat dengan damai. Bagaimanapun, khususnya Icha, harus berterima kasih karena sang possum memutuskan untuk masuk ke dalam panel internet setelah Icha selesai seminar... sehingga teleconference bisa berlangsung dengan Cairns.

Rest in peace, our dear cute possum...

Pic: stucked possum from another place, another time

© PPIA-JCU

Thursday, September 06, 2007

APEC for Women Leadership Network 2007


400 delegasi dari negara asia pacific hadir dalam conferensi APEC for Women Leadership Network yang ke-12 di port douglas berlangsung pada bulan juni 2007 lalu. Dalam pertemuan kali ini topik yang diangkat adalah Women and Economic Leadership dan merupakan bagian dari rangkaian event utama APEC yang sedang di laksanakan di Sydney saat ini.


Sebagai tuan rumah, host dari acara ini adalah ibu mentri pendidikan australia, Julie Bishop yang juga mewakili prime minister for women's issue. Event yang dilaksanakan selama lima hari terbagi atas kegiatan workshop dan meeting untuk membahas mengenai issue perempuan kaitannya dalam dunia bisnis dan peluang ekonomi untuk perempuan di masa depan. Beragam topik hangat mengenai perempuan dalam export dan ekonomi, globall challenges on women in the future, capacity and business mengundang banyak perdebatan. Tidak mau ketinggalan delegasi dari Indonesia pun turut serta dalam konfrensi ini. Perwakilan dari kementrian pemberdayaan perempuan yaitu ibu Sjamsiah Achmad yang menjabat sebagai penasehat mentri serta dua perwakilan lainnya dari kowani yaitu Ibu Mauna dan Ibu Siti turut ambil bagian, selain juga ibu Tjempaka Sari Hartomo dari LIPI dan ibu Rini Yuliastuti dari Kementrian Ristek yang berpastisipasi dalam kegiatan workshopnya.


Event besar ini pun melibatkan beberapa pelajar dari James Cook University dimana dari Indonesia, Maulita Sari Hani (Lita) & Ani Daryani (Ani) mendapat kesempatan untuk menjadi liaison officer. Tidak lebih dari 15 orang pelajar terpilih menjadi perwakilan untuk membantu mensukseskan event dunia ini. Pastinya banyak pengalaman dan cerita. Rasa bangga pun sebagai anak bangsa juga melekat dalam dada. Tak segan dan tak sungkan ucapan hangat dan terima kasih dari Ibu Mentri Julie Bishop secara pribadi terucap dari bibir mungil manisnya.
© PPIA-JCU

Monday, September 03, 2007

JCU Open Day 2007

Tanggal 2 September 2007, James Cook University melakukan Open Day besar-besaran. Pihak JCU ingin menarik minat sebanyak-banyaknya dari berbagai elemen masyarakat untuk kuliah di universitas ini dengan menawarkan sebuah konsep proyek raksasa untuk pengembangan JCU ke depan yang diberi nama: Discovery Rise. Sebuah paduan apik yang menawarkan tempat studi sekaligus tempat tinggal dan ajang sosialisasi yang unik, nyaman dan modern. Tergambar bagaimana semua elemen di setiap fakultas memberikan yang terbaik bagi pengunjung tanpa memandang level usia. Di sekitar tempat ini juga disediakan fun area untuk anak-anak dengan tujuan memberikan pengenalan sains bagi mereka sejak dini.

Pelajar Indonesia sebagai bagian dari komunitas JCU bersama pelajar dari beberapa negara di dunia ini mendapat tempat utama khusus menyajikan makanan khas Indonesia. Momen ini tidak disia-siakan oleh pengurus PPIA dengan menyajikan berbagai macam makanan khas. Tak ayal, tempe goreng, lumpia, panekuk, dan berbagai macam makanan gorengan serta kue basah lainya turut mewarnai meja jualan PPIA. Sebagian penganan ini disiapkan sejak malam sebelum acara oleh mbak Win, Puji, Lita dan Thessy. Arena ini digawangi Dian dan Icha (Presiden dan Sekretaris PPIA) bersama mbak Umi, salah seorang warga Indonesia yang begitu cekatan dalam menyiapkan segala penganan gorengan. Lita juga turut menjaga stand promosi Indonesia dengan menawarkan brosur dan leaflet tentang Indonesia. Tak segan-segan dia berjalan mengitari arena dengan membawa kue dan brosur. Alhasil, dengan paduan kerjasama ini, tak jarang berdatangan decak kagum akan kelezatan makanan, ramahnya pelayanan dan promosi Indonesia yang datang dari para pengunjung. Kegiatan ini juga akan jauh dari sukses bila tak ditopang oleh keluarga Pak Muslimin, Lintang, Zen dan para punggawa PPIA serta masyarakat Indonesia di Townsville-Thuringowa. click for more PHOTOS

© PPIA-JCU

JCU Open Day 2007 and promoting Indonesia

Hanya berjarak seminggu saja dari Indonesia Festival.. Pelajar Indonesia dengan support residen kembali promoting Indonesia lewat "Indonesian foods" di arena akbar tahunan James Cook University JCU Open Day, Minggu 02 Sept 2007 pukul 10.00-14.30, Refectory/Canteen area - Student Mall - kampus JCU Douglas, Angus Smith Drive - Townsville.

Mbak Windarti (alumnus JCU 1991-1993) yang dijemput 2 orang baik PPIAers Farida dan Mas Memed di Townsville Airport alias baru sehari menghirup udara Townsville sigap memasakkan spring roll dan bihun goreng dibantu oleh ketrampilan Jheng Puji dan Jhe-Lita yang juga semangat belanja-belanja perlengkapan dan bahan.. Putu "Brownies" Liza memamerkan keahliannya yang belakangan ketahuan berpikir keras mengeraskan "es krim"nya saat berjualan.. Thesy Legi Mamangkey unjuk ke-ijo-annya dengan menampilkan "pancake" (baca: pan-ekuk) ala Manado.. tak lengkap tanpa aneka masakan tempe-tahu plus adegan demo memasak oleh Mbak Umi Muslim Samelan.. sementara setting up meja dan perlengkapan dikomandani Lintang-Zinul..

Dengan keahlian para penjual: Mbak Umi, Dian, Lita dikomandai Putu "Brownies" Liza yang mantap abiz gaya jualannya (padahal kata Icha ini pengalaman pertamanya) dan.. woiiiu fun..! ludezz abizzz..!! apalagi sejoli "jualan" Mpok-Abang Lita-Lintang jalan keliling menjajakan makanan Indonesia di pojok-pojok keramaian.. what a great idea..!! Mpok Lita yang tourism JCU student juga dengan senyum 'Indonesia'-nya promosi Indonesia lewat brochures dari Indonesia Embassy.. eittt..!! jangan lupa.. Indonesian foods is also part of tourism apalagi Mpok mpok dan Abang yang jaga stand pake pakaian dengan atribut Indonesia.. atributnya simpel aja, scarf, batik, dan kebaya-top..

PPIAers juga menyempatkan keliling2 JCU get around at JCU Open Day.. bahkan Putu Liza sempet "on-air" sebagai utusan International Students.. "Indonesia.. on air..!" di 106.3 FM.

Oya.. Happy Father's Day 'tuk Bapak-bapak.. Pak Muslim, Pak Parjiono dan Pak Gustaf pun tersenyum..