Monday, June 25, 2007

Satu malam winter di Townsville: Welcome to Tony..!!


Seorang lagi mahasiswa baru tiba di Townsville.. Antonius Ola.. atau cukup panggil “Tony” saja.. Tiba, Minggu malam, 24 Juni, di Townsville tak banyak yang dilihat dari perjalanan Airport-Borral Street.. tapi hari baru 25 Juni.. terkulum senyum..”enak juga ya Townsville, bukan a busy city.. I’m going to love this City.. even more to the Green Campus JCU..” Tony, yang berasal dari Kupang bekerja di Flores, akan menjalani 2 tahun Masters by researchnya di Faculty of Medicine, Health and Molecular Sciences-School of Pharmacy and Molecular Sciences. Welcome Tony.. Townsville, is indeed, a nice city..


© PPIA-JCU

“multicultural” volley ball


Amazing..!! Volley ball held by Indonesian Student Association JCU has become a multicultural sport. Students or friends from other nationalities come and join Indonesian students and community every Sunday afternoon at Cranbrook Park on Bergin Road. They are Japanese, European, Australian, Indian, African, some of them from Fiji, Samoa and PNG. It is basically an exercise for everyone to keep fit. We can just play, learn how to play or even compete and become an attracting competition. Thanks to former members of Indonesian Student Association JCU who has established this “multicultural” volley ball since many years a go.. bravo..!!

More photos at: http://ppiajcu.multiply.com

© PPIA-JCU

Kala petang winter di Townsville: Melepas Mba Eko, Indra dan Pak Roy

Percakapan kala itu seputar winter di Townsville yang lebih dingin dari tahun sebelumnya.. temperatur 8 derajat pun tiba lebih awal.. cukup membuat shock penghuni kota Townsville.. apalagi sang Surya enggan menyembul karena awan enggan beranjak memayungi kota.. tapi petang itu, Minggu, 24 Juni, sungguh berbeda.. Sang Surya mau juga menampakkan diri meski sekejap.. tepat acara melepas seorang Postdoc mba Ekowati dan Pak Roy (student spouse) yang telah membuat ajang volley makin seru.. Selamat jalan Mba Eko dan Pak Roy, kembali berkarya di tanah air, Indra semoga kembali lagi sebagai student di JCU..

photos at: ppia jcu @ multiply

© PPIA-JCU

Monday, June 11, 2007

Alligator Creek

Tak tahu apa yang akan dibuat di Queen's Birthday holiday, beberapa students dan keluarganya menggunakan kesempatan jalan-jalan di sekitar Townsville. Hari ini tujuannya adalah Alligator Creek, tiga puluh kilometer sebelah selatan Townsville. Di sana ada sebuah Creek, namanya Alligator tentunya ;-), namun bukan berarti ada alligator di dalamnya. Di sepanjang sungai kecil itu banyak terlihat ikan yang berenang di air yang jernih. Begitu teduh terasa. Tempatnya diperlengkapi dengan areal piknik dan kemping, enak juga menjadi tempat pelariaan di saat gundah. More photos at: http://ppiajcu.multiply.com

© PPIA-JCU

Friday, June 01, 2007

Hari lahir Pancasila, 1 Juni, 'gitu aja kok repot?'

Saat aku berceletuk bahwa tanggal 1 Juni adalah hari lahir Pancasila, seorang temanku tersayang bertanya padaku, "Masih juga toh mikirin Pancasila?"

Pertanyaan yang wajaaaaar sekali, karena Pancasila sudah terlanjur dianggap konsep yang basi dan harus dibuang ('thanks' to the Orde Baru, huh!). Memang pemaksaan dan indoktrinasi itu menyebalkan, dan karena itulah orang jadi bosan dengan Pancasila. Apalagi jika Pancasila dikaitkan dengan kejatuhan Soeharto (yang omong2, sebenarnya juga banyak berbuat baik... cuman control management-nya buruk...) - walah, sepertinya Pancasila itu produk Orde Baru banget yang harus dibuang jauh-jauh...uh-uh-uh! Ingat gak waktu itu alergi banget untuk ngapalin dan nyebutin 36 butir Pancasila? Huek deh. Jadi saya terus terang, sempat juga alergi sama Pancasila. Orde Baru banget seh!

But no. Pancasila bukan produk Orde Baru. Pancasila pun tidak lahir pada tanggal 1 Juni 1945 pada saat Bung Karno dkk meluncurkan ide brilian tersebut. Bukan. Tanggal 1 Juni 1945 bagi saya adalah 'hari peluncuran atau launching Pancasila secara resmi'. Karena, konsep ini (saya tidak ingin menggunakan istilah 'ideologi', what a yucky thing!) adalah konsep lawas yang masih tokcer, lama tapi top.

Pancasila lahir berabad-abad yang lalu melalui berbagai proses pengertian dan apresiasi beragam budaya, adat dan agama di Indonesia (waktu itu namanya masih Nusantara). Pancasila merupakan esensi budaya bangsa, di mana keanekaragaman budaya (sila ke-2) dan pendapat (sila ke-4) dijunjung tinggi, dengan dasar rasa kasih dan perdamaian (sila ke-2), dan demi persatuan bangsa (sila ke-3).

And it's not only that! Kalo kita ditanya, tujuan hidup kita rata2 apa... pasti ada yang nyangkut ke kemakmuran deh. Nah, tanpa berusaha mendoktrinasi dalam post ini, saya mengacu lagi pada sila ke-5 yang berhubungan dengan social welfare, kemakmuran sosial. Yang sebenarnya bisa disangkutpautkan dengan lingkungan hidup juga - ahem, karena tanpa lingkungan hidup yang sehat, kita tidak akan makmur.

Dan di manakah pentingnya sila ke-1? Sepertinya ini retoris, karena bangsa Indonesia selalu percaya pada The Almighty, Yang Tertinggi dan Terbesar, Tuhan Yang Satu Jua. Dan letaknya sebagai yang pertama dalam urutan Pancasila mencerminkan sujudnya bangsa Indonesia pada yang memberikan kehidupan ini.

The thing is... sekarang banyak sekali pertikaian antara anak bangsa karena budaya, adat, agama... beda pendapat... Kita lupa esensi budaya kita, our identity, Bhinneka Tunggal Ika. Kita berbeda, tapi satu jua. Itulah yang bagi saya disebut dengan Indonesia. Warna warni itulah Indonesia, dan saya bangga menjadi bagian di dalamnya.

Bangsa Indonesia, Nusantara, memiliki sejarah yang bisa ditarik tidak hanya 500 tahun lalu, tapi bahkan hingga 2000 tahun sebelum Masehi, which means, sudah sekitar 5000 tahunan sekarang. Gosh, five thousand is a BIG number! Indonesia adalah bangsa yang besar dan berbudaya, dan esensi keindahannya, the very tool and spirit that makes Her survive, ada di dalam kebhinekaan yang satu. Ada di dalam yang namanya Pancasila.

Dan dengan demikian, berakhirlah renungan saya (dan PPIA post pertama saya!), yang tidak berbasis kepentingan politik apapun, wong saya non-partisan student. Saya hanya ingin memberikan pendapat saya... dan rasa cinta saya terhadap sang Ibu Pertiwi. And that may She understands that I never ever will leave Her, tidak pula bahwa saya akan membenci negara lain dan menjadi chauvinis. Karena nasionalisme bagi saya adalah apa yang dikatakan Bung Karno, nasionalisme di taman sari internasionalisme. Nasionalisme yang menyumbang pada perdamaian dunia. Karena kita toh hidup di satu Bumi, satu Langit, dan kita adalah satu umat manusia.

love and blessings,
Icha
© PPIA-JCU