Sunday, December 30, 2007
Townsville Christmas News-Stable on the Strand
Photos: PPIA Album
© PPIA-JCU
Saturday, December 22, 2007
Idul Adha celebration 2007
bagi Dian dan Angel (undangan student) sungguh suatu kebahagiaan tersendiri bisa berkumpul dengan keluarga-keluarga.. kel Pak Jon, Kel Memed-Farida, Kel Halmar, Kel. Erwin-Yuli, dan Kel. Budi-Leni. Dan.. hmm masakannya..
Kami merayakannya hari Rabu tgl 19 Desember lalu. Pagi (well.. udah panas di sini) pukul 06.30 am berkumpul di mesjid, berbaur dengan moslems dari berbagai bangsa, sholatnya dimulai pukul 7 am. Hari raya dengan makna 'berkurban' selalu membawa kesyahduan. Spirit yang begitu indah manakala diamalkan dalam keseharian. Beberapa keluarga muslim dikomandai keluarga Erwin Imam Santoso memasak dan menyajikan berbagai masakan khas lebaran di rumahnya menambah kekenyangan seusai menikmati sajian penganan pagi di mesjid tadi. Namun sajian makanan Indonesia ketupat soto daging dan kawan-kawan tentunya berbeda makna dan rasanya. Senja di Rock Pool Strand memberikan warna tersendiri pula, di sini kami menyantap barbeque bersama moslems mesjid. Bagi keluarga Halmar Halide lebaran kali ini tentunya meninggalkan kesan tersendiri karena tgl 15 Januari nanti akan kembali ke tanah air.
© PPIA-JCU
Thursday, December 13, 2007
Desni berul(T)ah
© PPIA-JCU
Sunday, December 09, 2007
Great Birthday Party - Gustaf & Nadine
Sosok 'pembuat' berita di blog PPIA hari ini menjadi 'bahan berita' satu hari di The Strand. Gustaf merayakan hari ulangtahunnya besar-besaran.. besar maknanya karena 'nyaris' berbarengan dengan ratu ciliknya 'Nadine'; besar pula maknanya karena bertepatan pula dengan Christmas Carol yang dirayakan penduduk Townsville yang dipusatkan di spot tak jauh dari tempat Birthday party Gustaf & Nadine. Untuk acara besar ini Mamangkey-Legi family menggaet kru kamerawati manis 'Angel' (semanis Puding buatannya) dan videowati cute 'Desni'. Bagi Nadine, ini adalah pesta keduanya setelah merayakan bersama teman-teman sekolahnya pada hari-H ultahnya 5 Dec lalu dan hari ini adalah pesta kedua-nya tuk merayakan dengan Papa-nya yang berultah 7 Dec. Mamangkey-Legi family juga berbagi kebahagiaan dengan Silvy-Gavin family dengan farewell party mereka untuk ayahanda-ibunda tercinta.
Wednesday, December 05, 2007
Critical assessment of ecotourism development in Raja Ampat
"Critical assessment of ecotourism development in Raja Ampat"
Name: Maulita Sari Hani
Master Student in Ecotoruism
School of Environmental Science
School of Business
Supervisor:
Ass.Prof. Gianna Moscardo
Dr. Alastair Birtles
Sustainable development is now widely promoted as a holistic concept that aims to integrate social, economic and cultural policies to ensure high-quality growth in the context to which it is applied. Particularly in peripheral areas, such as Raja Ampat, West Papua - Indonesia, it has the potential to contribute to sustainable tourism development through ecotourism.
Ecotourism is a segment of the tourism delivery system where the principles of sustainable tourism are applied to all activities, operations, processes and enterprises involved. It has the potential role for biodiversity conservation, economic growth, community empowerment and sustainable development. In order to achieved sucessful ecotourism, sustainability must be defined temporally, designate who is to receive the benefits, and determine at what levels the four systems are to be continued.
To achieve the successful ecotourism development in Raja Ampat, I believe that there is a need of critical assessment to analyze the potential of ecotourism in this region. The assessment itself are focus on a number of areas of investigation: (1) identify potential ecotourism routes and products in the research area, (2) identify potential environmental, cultural and social impacts of eco-tourism development, (3) assess and determine if and how ecotourism can play a role in enhancing biodiversity conservation, (4) assess and determine if and how ecotourism can play a role as a viable alternative development and economic development mechanism in the regions studied, (5) identify the potential economic development of ecotourism, (6) assess the community capacity with regard to participation in ecotourism development.
At the end of this study, I will recommend ecotourism priorities and activities in order to develop appropriate ecotourism policy and planning and I will also develop a viable ecotourism sustainability model through marine ecotourism.
© PPIA-JCU
Sunday, November 25, 2007
Christmas Parade 2007
photos plikk klik here
more amazing photos:
http://gustaf.multiply.com/photos/album/40
http://nichlen.multiply.com/photos/album/2
© PPIA-JCU
Friday, November 23, 2007
Happy Birthday, Dian!
Thursday, November 01, 2007
Cabang-Ranting, filosofi kayu bakar
Alam memang memberikan banyak manfaat sebagai bahan rujukan dalam hampir setiap aspek kehidupan manusia. Tingkah laku terbang burung menginspirasi manusia untuk ikut terbang, jadilah pesawat terbang. Ikan di laut menginpirasi terbentuknya kapal selam, bahkan sampai pada struktur bangunan kerang yang menginspirasi para arsitek untuk membangun rumah. Dalam membuat sebuah organisasi proses biomimetik juga berlaku untuk membangun struktur organisasi dengan mengadopsi struktur sebuah pohon. Prinsip ini tentu saja sangat sederhana ditelaah: pokok pohon adalah pencitraan dari pimpinan pusat yang biasanya menjadikan diri sebagai induk, cabang adalah perpanjangan dari pusat dan ranting adalah bagian akhir dari organisasi. Mengambil filosofi pohon selalu saja dilihat dari sisi kepentingan pokok pohon (atau sang induk), jarang yang berasal dari ranting. Induk berkata bahwa induk akan mengayomi melindungi cabang dan (apalagi) ranting bila terjadi sesuatu. Cabang juga demikian dan akhirnya the looser si ranting (terpaksa) menerima bahwa dia terlindungi. Inilah yang diagung-agungkan dari berbagai organisasi (apalagi dalam partai politik). Coba kita melihat dari sisi lain, dari sisi yang jarang (atau mungkin disembunyikan) dari induk atau cabang. Pokok pohon dan cabang menjadi besar karena suplai makanan dari ranting. Mereka gendut karena disuplai terus dari ranting lewat makanannya. Tak jarang mereka terlena sehingga bukannya makin kuat (dan melindungi ranting) tapi malah makin mudah patah. Tahu gak kalau kelebihan makanan selalu disimpan di akar sang induk? Suplai makanan ini akan digunakan oleh Pokok pohon kemudian cabang dan (akhirnya) ranting. Saat masa paceklik, yang lebih dahulu meranggas dedaunan yang ditahan ranting. Saat sang ranting tak kuat, dia terpaksa harus melepasnya dan akhirnya diapun turut mati. Mereka lebih dahulu kering dan mati baru kemudian cabang dan akhirnya pokok pohon. Tak ada kejadian sebaliknya. Yang masuk api pertama tentunya ranting, kemudian cabang dan akhirnya pohon. Di partai juga demikian, keganasan sang induk bahkan sangat terasa. Mereka tak segan mematikan dahan dan (apalagi ranting) bila tak sejalan dengan keinginan mereka. Wajar kalau memang cabang-ranting itu berlaku dalam bisnis karena biasanya sang induklah yang membentuknya. Pertanyaannya: apakah organisasi lain di luar partai dan bisnis yang mengadopsi filosofi pohon juga memiliki misi seperti mereka (partai dan bisnis)? Kalau tidak, gantilah istilah cabang-ranting karena konotasinya jelas. Thanks buat Icha dan Dian untuk inspirasinya.
Info sekitar polemik cabang-ranting:
Putu Liza Mustika (First Secretary PPIA JCU) berpendapat atas nama pribadi:
Bersama dengan ini saya nyatakan lagi sikap saya sebagai pribadi anggota PPIA JCU bahwa saya tidak sepakat dengan penyebutan 'Ranting' dan saya meminta agar kata itu dicabut penggunaannya dan dicarikan kata lain yang lebih setara. Misalnya divisi, atau sektor. Itu lebih sejajar, dan mengakomodasi kaum marjinal di North Queensland dan di tempat-tempat lain. Dan saya juga nyatakan sikap saya pribadi bahwa PPIA QLD selayaknya memposisikan diri sebagai koordinator, bukan atasan. Jadi seperti federasi, di mana PPIA QLD mengakomodasi suara2 daerah, tapi tidak memiliki garis otorita, karena sejarah pembentukannya juga sudah berbeda.
5. Saya juga ingin mengingatkan sebagai sesama warga Indonesia, bahwa kesalahpahaman kecil seperti ini sebenarnya adalah cerminan dari kekisruhan di negara kita. Kenapa sampai terjadi banyak daerah ingin merdeka? Antara lain: karena ketidakadilan dari Jakarta/Pusat. Bukannya saya setuju gerakan kemerdekaan; saya sangat nasionalis yang tidak eksklusif, nasionalis yang harmonis dengan dunia internasional. Tapi ketidakadilan itu terjadi, banyak kali, di daerah2 yang saya kunjungi, dan membuat orang ingin merdeka. Salah juga, menurut saya, karena bapak ibu pendiri bangsa kita mendirikan bangsa ini, this very nation of Indonesia, bukan untuk terpecah lagi. Tapi sebenarnya adalah tugas Jakarta sebagai pengayom teman2 daerah, mengakomodasi kepentingan daerah, dan bukannya menyatakan ini itu yang harus dilakukan oleh daerah. Jakarta atau daerah manapun yang memposisikan diri sebagai 'Pusat' haruslah menjadi pengayom, pelayan. Bukan atasan. Kita sebagai mahasiswa di rantau selayaknya bersatu untuk negeri. Tapi dalam upaya bersatu itu harus ada rasa hormat, kasih, dan saling mengerti. Dan juga maaf-memaafkan.
...Saya tidak sepakat dengan penyebutan 'Ranting' dan saya meminta agar kata itu dicabut penggunaannya dan dicarikan kata lain yang lebih setara. Misalnya divisi, atau sektor. Itu lebih sejajar, dan mengakomodasi kaum marjinal di North Queensland dan di tempat-tempat lain."
dan semoga suara saya itu bisa disalurkan ke AGM di Canberra (entah kapan). AD/ART tidak terbuat dari batu; masih bisa diubah. Saya rasa, dengan segala hormat, penggagas istilah 'ranting' dan 'cabang' itu tidak terlalu sensitif dengan rasa bahasa, sehingga tidak memprediksi bahwa masalah seperti ini akan muncul nantinya (dan sudah muncul). Seperti usul saya, istilah ranting itu sebaiknya diganti saja. Tidak ada kasus pembanding lain dalam hal ini, karena satu2nya PPIA di luar Brisbane dan sekitarnya adalah PPIA JCU (well, kami ada kampus di Brisbane, but it doesn't count, karena tidak ada mahasiswa Indonesia di sana). Jadi aspirasi saya dan Gustaf sebagai pribadi yang juga anggota PPIA JCU ini memang terdengar aneh bagi teman2 di Brisbane atau Canberra.
Opini Dian Latifah
(1) Jika fungsi yang dibutuhkan adalah "Koordinasi" dan "Mediasi" atau perpanjangan tangan dari "Pusat", kita hanya butuh seorang "Koordinator Cabang" bukan "Kelembagaan Cabang" untuk tiap Negara Bagian.
(2)Korcab bisa berfungsi seperti "Deputy"
http://en.wikipedia.org/wiki/Deputy
--kalo ada fungsi untuk kepentingan yang besar dan strategis yang sulit ditangani PPI Pusat dan Korcab, bisa dibentuk sebuah Komite Khusus (atau istilah lain yang setara); di era technology seperti saat ini banyak hal yang bisa difasilitasi.
(3)I believe that Korcab will empower PPIA Pusat and all PPIAs, dan memperdekat hubungan PPIA Univ dan Pusat tidak ada lagi sense "Pusat-Cabang-Ranting" atau "atasan-bawahan"
Kalo ini terjadi, maka AGM PPI Australia per 2 tahun untuk memilih: Presiden PPI Australia dan 7 orang Korcab (Qld, ACT, NT, Vict, NSW, WA, SA). Semua PPIA Univ akan memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi Korcab.
(4)PPIA Universitas adalah unik; unik dalam hal situasi dan potensi.
Biarkan kami berkembang dan berkreativitas dengan potensi kami dalam koridor AD/ART PPIA yang mewakili aspirasi all PPIAs (meminjam istilah Gustaf PPIA Univ adalah sebuah wadah otonomi).
Pemikiran ini menguat saat saya melihat betapa menakjubkannya kerja keras teman-teman PPIA JCU mewujudkan Indonesia Festival yang pertama (saat itu dihadiri Pak Raudin Anwar General Counsellor Kedubes Indonesia). Saya hanya membayangkan secara sederhana sebuah upaya menjaga dan membangun citra kebangsaan seperti ini hendaknya mendapat dukungan yang real dari PPI Australia maupun Cabang (maaf, in other words tidak hanya sekedar dimintai 'rencana kerja' dan 'laporan').
Opini Gustaf dalam sebuah kesempatan:
(1)saya ingin lebih terbuka menyatakan bahwa sebaiknya dalam kepengurusan mendatang istilah ranting dan bahkan cabang itu dihapus sebagaimana setiap ppia di setiap uni adalah lembaga otonomi tersendiri yang berdiri sama tinggi dengan PPIA Queensland, misalnya. Anda hanya berkoordinasi dengan PPIA di setiap Uni (dan ini tentunya akan berimplikasi dalam tata cara surat menyurat antar kita). Oh ya, PPIA Queensland tak bisa membubarkan PPIA JCU kan? Saya berbicara ini karena saya sudah membaca AD/ART. Comment tambahan saya bahwa tak menutup kemungkinan AD/ART PPIA itu diubah kan? Memang terasa radikal perubahannya, namun setidaknya hal ini bisa dijadikan wacana untuk masa mendatang. Saya lihat akan terjadi banyak sekali perubahan di AD/ART bila hal ini terjadi. Oh ya, sebagai informasi hal ini sudah pernah disinggung-singgung secara informal dalam setiap pertemuan di tubuh PPIA JCU.
Hal yang saya ingin tambahkan juga adalah bagaimana tata cara menampung aspirasi? Apakah vote lewat jalur internet (atau apapun itu yang mengizinkan orang atau lembaga memilih tanpa harus hadir dalam sebuah kongres, etc) bisa dipertimbangkan untuk masa depan? Kupikir hal ini bisa dilakukan dengan beberapa rincian pengaturan yang disepakati, tentunya
Opini Putu Liza dalam kesempatan lain (menegaskan saja):
Saya tetap menerima adanya cabang tetapi tidak menerima istilahnya. Sebaiknya istilah cabang tetap diganti. Tapi fungsi koordinasi state emang perlu... hanya sebatas koordinasi dan kompilasi. Makanya istilah cabang dan ranting itu tetap tidak mencerminkan kesetaraan.
Jadi... fungsi satu PPIA State (QLD, VIC, etc) perlu, apalagi kalo udah banyak PPIA uni nya (kayak di QLD, VIC dan NSW). Hanya ganti nama... supaya lebih sejajar. Aku tetap usulkan divisi untuk ganti cabang dan sektor untuk ganti ranting. Keren lagi, divisi sama sektor itu. Kayak bahasa Star Trek. Ato mau istilah Kuadran untuk ganti Cabang? Star Trek bangeeet!
Opini Dian (atas nama pribadi):
Hmmmm gitu ya Cha.. oke lah kalau opini ku soal konsep "Korcab" terlalu radikal (hehehe.. maaf), dan opini mu yang berpotensi lebih realistic, semoga fungsi dan peran nya benar-benar "Koordinasi "Kompilasi" dan "Mediasi" dan tidak ada lagi sense "ordinate-sub ordinate"
Opini Desni :
http://desniwaty.multiply.com/journal/item/13/Cabang-ranting_phylosophy_kayu_bakar_Polemik_seputar_AGM
© PPIA-JCU
Sunday, October 28, 2007
Plate Dance in International Ball
Monday, October 15, 2007
Istana kecurian!
Istana memang terlihat sangat rentan kecurian. Jendelanya memang tak dilengkapi security screen. Sebetulnya itu saja sudah cukup, tak perlu penjaga istana seperti di Istana Merdeka. Bayangkan, Istana Merdeka yang lengkap penjaganyapun pernah kecurian apalagi istana Wandella yang malang. Sampai saat ini belum dikatahui siapa pelakunya. Pelakunya sepertinya telah mengetahui siapa penghuni Istana Wandella, termasuk tingkah laku Presiden yang tidur dengan lampu menyala. Dicurigai, dia masuk lewat jendela sang presiden menaiki kursi yang memang ada di halaman istana. Kasa nyamuk yang jadi pelindung jendela dengan mudah dirobeknya. Ternyata dia hanya mengambil tas milik sang presiden, membuka pintu kamar dan berusaha memasuki kamar di sebelahnya. Yuki menuturkan bahwa antara sadar dan tidak, dia sempat melihat kelebat bayangan tinggi di depan pintu mengarah ke toilet. Dia menganggap bahwa bayangan itu adalah bayangan sang presiden yang akan ke toilet. Ternyata tidak! Pencuri itupun keluar lewat pintu depan. Untung saja dia tak mengambil laptopku, kalau diambil, wah..., terpancar kesedihan sesaat di mata presiden. Wajah itu langsung berganti senyum syukur. Sang pencuri tak melakukan hal yang lebih buruk dari yang terjadi.
Tak jauh dari istana sebuah rumah juga kecurian. Sepertinya Wandella Street menjadi ajang pesta pencuri semalam. Mereka sepertinya beraksi antara jam 2 dan 4.30 subuh, kata Presiden. Aku mengetahui saat Yuki masuk sekitar jam 1 malam namun aku terbangun pada jam 4.30 oleh alarm yang kupasang, tambah Presiden. Pagi tadi, polisi langsung datang dan mengidentifikasi lokasi kejadian. Tak banyak kata dari sang polisi kecuali: Bilang ke landlord-mu, ganti jendelanya dengan security screen! Simak cerita korban:
http://dian-latifah-diary.blogspot.com/search/label/Breaking%20News
© PPIA-JCU
Sunday, October 14, 2007
Lebaran di Townsville 1428H
Idul Fitri 1428 H dirayakan hari Sabtu 13 Oct lalu, tepat di wiken (Hari Sabtu) sehingga Asti sekeluarga (dari Mackay) dan Dewi-Agus sekeluarga (dari Collinsville) dapat turut hadir. Perayaan dimulai dengan sholat berjama'ah di Townsville Mosque. Menjadi khas perayaan adalah sajian berbagai menu sarapan dan aneka makanan ringan usai sholat sekaligus menjadi sarana manis untuk ber ramah tamah dengan umat muslim dari berbagai negara. Komunitas Indonesia pun tak ketinggalan ber-silaturrahmi lebaran di Water Park The Strand. Sajian potongan lontong cukup menjadi pengobat rindu akan ketupat (maklum tahun ini tak ada ahli perangkai daun kelapa menjadi ketupat meski di halaman Wandella 2/18 tumbuh subur sebatang pohon kelapa). Aneka menu lauk khas lebaran tak kalah lengkap dengan yang biasa dinikmati di tanah air. Townsville Mosque melengkapi acara Hari Raya Idul Fitri dengan mengadakan "Eid Mubarak Dinner" di Community Hall di area Annandale Shopping Center. Dian, Arla dan Anissa menyertai shalawatan Umi Muslim di ajang ini disamping Rubina (Pakistanese Muslimah). Dinner dengan cita rasa Mediterranean mewarnai Lebaran Townsville. Suasana Lebaran Hari Kedua dirasakan juga di kediaman Arla-Brian dengan menu Lebaran yang lezat. Di semua acara silaturrahmi selalu tak ketinggalan setoples castangel dan nastar, membuat terasa berat menghadapi kepulangan sang ahli "Ita Halmar" Desember tahun ini (Hmm tahun depan pesan ke siapa ya..??).
Rasanya Lebaran kali ini begitu lengkap, bahkan suasana mudik dirasakan pula oleh Asti sekeluarga (dari Mackay) dan Dewi-Agus sekeluarga (dari Collinsville). Komentar mereka "Kami juga mudik, mudik ke Townsville lewat jalur Pantuqi (bukan Pantura) alias Pantai Utara Queensland, laporan mudik lebaran 'jalur lancar bebas tanpa hambatan di kawasan Pantuqi' ". Suasana gembira bertambah karena Lebaran di weekend ini bertepatan dengan ajang tahunan akbar Greek Festival. Lebaran tahun ini pun meninggalkan kesan indah di hati.
© PPIA-JCU
Thursday, October 11, 2007
Sambut Hari Kemenangan
Ramadhan hampir berlalu dan laungan takbir pun mulai berkumandang pertanda hari kemenangan segera tiba.
Semoga kemeriahan Idul Fitri membawa berkah bagi seluruh umat manusia.
"Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1428 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin"
© PPIA-JCU
Wednesday, October 10, 2007
Farewell Mbak Win! Selamat berlibur Lintang!
Ternyata subuh tadi Lintang juga mau pulang kampung. Sebulan saja, katanya. Iven silaturahmi akan dilakukan Lintang dan keluarganya di saat lebaran mengambil rute: Bogor-Jakarta-Brebes dan daerah Pekalongan-Bandung. Biasalah, kalau mudik pasti diikuti dengan pertemuan semua keluarga di kampung halaman, tambahnya. How wonderful!
Have a nice trip, you guys!
Friday, October 05, 2007
Pamitan manis dari Intansari Nurjannah
Ternyata sampai juga waktunya berpamitan dengan teman teman yang masih di JCU. Maaf tidak bisa disebutin nama namanya karena terlalu banyak. Seminggu lagi, tepatnya 14 October 2007 kita mau terbang kembali ke Indonesia, melahap lagi udara kebebasan hidup di negeri sendiri, alangkah nikmatnya, bahkan anak anak saya merindukannya. Sungguh bahagia hati orang tua melihat anak2nya masih cinta Indonesia, tapi juga bisa menikmati hidup di Australia dengan senang dan syukur.
Memang selama ini kami sekeluarga hampir tidak banyak berinteraksi dengan teman teman di Townsville (habis jauh ya..) tetapi, kasih sayang dan persaudaraan tetap terasa lekat, ya... namanya juga sesama orang Indonesia.
Kami sekeluarga mohon pamit dan minta maaf atas kesalahan yang mungkin pernah kami perbuat baik lewat telepon, e-mail atau yang lainnya.
Tidak usah sungkan untuk mampir ke tempat kita jika sudah pulang ke tanah air.
Intansari Nurjannah
Jl Wijaya Kusuma 150 A Belakang TVRI Sta Yogyakarta
Yogyakarta, Indonesia 55284
HP: 08562916613
Sementara segitu dulu, kita tunggu kedatangannya di Indonesia, sukses untuk studi teman teman semua ya
Wass
Intan dan Keluarga
© PPIA-JCU
Thursday, October 04, 2007
Di ulang tahun Puji
Monday, October 01, 2007
Kite Festival, 29-30 September 2007
© PPIA-JCU
Wednesday, September 26, 2007
Pssstt.. jangan bilang pasien 'kabur' tapi...
Title: Patient absconding from a psychiatric setting in Indonesia: a case study
Intansari Nurjannah*
Mary FitzGerald**
Kim Foster***
Absconding from mental health services is a phenomenon that has increasingly caught the attention of nursing researchers in Western countries. This phenomenon also occurs in psychiatric hospitals in Indonesia. However, this is not a topic that has received a great deal of attention in terms of research in Indonesia.
The aim of the study is to provide a profile of absconding events over a one-year period in one mental health institution. The objectives of the study are to:
identify demographic patterns associated with all absconders from the Institution during a one year period;
describe the experience of patients and nurses related to incidents of absconding;
identify the contextual factors that promote and obstruct absconding behaviour; and
discuss the ways in which absconding events in this case differ or are similar to reports of absconding in the West.
A case study using mixed methods has been undertaken in order to provide a profile of absconding events over a period of one year in a psychiatric hospital in Indonesia. Data included: a one year audit of absconding events, a period of observation and interviews with patients and nurses.
Over a one year period of data collection 133 absconding events were recorded that involved 106 patients. The predominant patterns of people who abscond are young male patients with a history of previous admission. Most patients return to the hospital on the day of absconding. This information is consistent with findings in the West.
Sixteen patients who absconded during a seven months period of data collection were interviewed. Three themes were identified: ‘The call to home’, ‘Hopes and realities’ and ‘Us and them’. All these themes link to the process of recovery. ‘The call to home’ and hoped for happier life considered as the first step for recovery process. ‘The call to home’ was the result of patient’s eagerness to have connection with their community and to feel safe. Patients hoped to experiences a happier life however most of their hopes are dashed as they failed to reach home or their family sent them back to hospital. The last theme was ‘Us and them’ in which the patients describe the differences between them and others and the consequence of the differences which form a barrier for developing and growing to be recover and also creates negative feelings.
Observations and interviews with 24 nurses revealed a style of nursing that is custodial rather than therapeutic. The days are filled with routine duties and opportunities to prepare patients for discharge as important part of recovery process are missed. The nursing staffs are disappointed with the attitude of the community to people with mental health problems and believe that families are responsible for patients once they are ready for discharge.
The majority of patients who absconded from the hospital in this study were ready for discharge and awaiting collection by their family as they were considered to be in the process of recovery. It appears that there is little adequate support for patients who are ready to be discharged from hospital. It is not unusual for patients who have absconded to be brought back to hospital again by their family if they are not well received in the community.
Short term recommendations centre on the rehabilitation focus and activities in the hospital, nurses should become more involved with interventions that are appropriate in rehabilitation processes and see it as an integral part of discharge planning. In the longer term nurses require resources to support their education and the implementation and evaluation of person centered models of care. Strategic plans should be implemented to change public attitude towards people with a mental health problem. Further research on this topic is required to understand community attitudes and test alternative models of nursing care.
© PPIA-JCU
Tuesday, September 25, 2007
Intan sang suster
Dari dua tahun penelitian, Intan berhasil melewati MSc exit seminar dengan judul penelitian: Absconding from a psychiatric setting in Indonesia: a case study. Sangat terasa masih adanya gap pengertian antara masyarakat dan para professionals tentang pelarian yang diterjemahkan oleh para pasien sebagai sebuah perjalanan ke arah kebebasan. Sebuah formula baru ditawarkan Intan dengan membawa psycho-education kepada keluarga, masyarakat bahkan juga dokter dan perawat yang menangani mereka. Hal ini tak lain untuk mengubah konsep berpikir mereka terhadap orang yang dianggap kelainan jiwa.
Good job, Intan... Dan jangan lupa salah satu rekomendasi untuk studi lanjut ke level yang lebih tinggi!
© PPIA-JCU
Icha, Batman dan Dolphins
Siapa bilang tak ada hubungan antara Batman dan lumba-lumba? Putu Liza Kusuma bisa membuktikannya. Beberapa dialog dalam komik Batman tentang lumba-lumba muncul dalam presentasi konfirmasi PhD seminar perempuan Bali yang biasa dipanggil Icha. Diapun dengan senangnya bisa dipanggil Tara. Presentasi ilmiah yang dikemas dengan santai membuat suasana mengalir dan menyenangkan. Toh tak membuat Icha untuk tetap tidak mengeluarkan gurauan bahkan quiz-nya.
Topik yang diangkat Icha adalah: Towards Sustainable Dolphin-Watching Tourism in Bali, Indonesia. Sebuah industri potensial di samping beragamnya industri pariwisata lainnya yang mulai diminati. Dua tempat di Bali menjadi titik penelitian Icha: perairan Lovina di Bali utara dan Jimbaran di Bali selatan. Dengan mengusung konsep Quadruple bottom line sustainability dengan perpaduan ekologi, ekonomi, sosial dan manajerial sebagai indikator penilaiannya, Icha mengharapkan bahwa kajian ini akan menciptakan sebuah konsep pariwisata yang berdasarkan alam yang merupakan intisari dari perpaduan pariwisata petualangan(adventure)-kehidupanliar(wildlife)-ekoturisme. Good luck, Cha!
© PPIA-JCU
Kelapa Sawit dan Noto Prabowo
Penelitian yang memilih lokasi di Sumatra ini ditujukan untuk mengoptimalkan produksi kelapa sawit dengan memperhatikan suplai nutrien yang efisien.
pic source: http://www.nakertrans.go.id/statistik_trans/KLIPING/Des05/13kelapa.gif
© PPIA-JCU
Friday, September 21, 2007
Rest in peace, poor possum!
Komunitas JCU Townsville geger hari ini karena internet sistem kampus down lepas jam makan siang (untungnya setelah Icha confirmation seminar!). Ternyata, usut punya usut, akar masalahnya adalah seekor possum yang nyasar ke domain panel utama powerboard internet dan terperangkap, tersetrum, dan menemui ajalnya di sana.
Alhasil, petugas IT JCU harus mengeluarkan si possum yang malang dan melakukan total shut-down system sehingga satu kampus geger semua karena tidak bisa kirim email (termasuk Mami supervisor Icha--Prof Helene Marsh....). Setelah bekerja keras sesiangan, sore ini sistem email dan internet JCU berhasil mengudara kembali. Semoga saja tidak lagi terulang peristiwa yang mengenaskan ini... dan semoga sang possum sekarang beristirahat dengan damai. Bagaimanapun, khususnya Icha, harus berterima kasih karena sang possum memutuskan untuk masuk ke dalam panel internet setelah Icha selesai seminar... sehingga teleconference bisa berlangsung dengan Cairns.
Rest in peace, our dear cute possum...
Pic: stucked possum from another place, another time
© PPIA-JCU
Thursday, September 06, 2007
APEC for Women Leadership Network 2007
400 delegasi dari negara asia pacific hadir dalam conferensi APEC for Women Leadership Network yang ke-12 di port douglas berlangsung pada bulan juni 2007 lalu. Dalam pertemuan kali ini topik yang diangkat adalah Women and Economic Leadership dan merupakan bagian dari rangkaian event utama APEC yang sedang di laksanakan di Sydney saat ini.
Sebagai tuan rumah, host dari acara ini adalah ibu mentri pendidikan australia, Julie Bishop yang juga mewakili prime minister for women's issue. Event yang dilaksanakan selama lima hari terbagi atas kegiatan workshop dan meeting untuk membahas mengenai issue perempuan kaitannya dalam dunia bisnis dan peluang ekonomi untuk perempuan di masa depan. Beragam topik hangat mengenai perempuan dalam export dan ekonomi, globall challenges on women in the future, capacity and business mengundang banyak perdebatan. Tidak mau ketinggalan delegasi dari Indonesia pun turut serta dalam konfrensi ini. Perwakilan dari kementrian pemberdayaan perempuan yaitu ibu Sjamsiah Achmad yang menjabat sebagai penasehat mentri serta dua perwakilan lainnya dari kowani yaitu Ibu Mauna dan Ibu Siti turut ambil bagian, selain juga ibu Tjempaka Sari Hartomo dari LIPI dan ibu Rini Yuliastuti dari Kementrian Ristek yang berpastisipasi dalam kegiatan workshopnya.
Event besar ini pun melibatkan beberapa pelajar dari James Cook University dimana dari Indonesia, Maulita Sari Hani (Lita) & Ani Daryani (Ani) mendapat kesempatan untuk menjadi liaison officer. Tidak lebih dari 15 orang pelajar terpilih menjadi perwakilan untuk membantu mensukseskan event dunia ini. Pastinya banyak pengalaman dan cerita. Rasa bangga pun sebagai anak bangsa juga melekat dalam dada. Tak segan dan tak sungkan ucapan hangat dan terima kasih dari Ibu Mentri Julie Bishop secara pribadi terucap dari bibir mungil manisnya.
© PPIA-JCU
Monday, September 03, 2007
JCU Open Day 2007
Pelajar Indonesia sebagai bagian dari komunitas JCU bersama pelajar dari beberapa negara di dunia ini mendapat tempat utama khusus menyajikan makanan khas Indonesia. Momen ini tidak disia-siakan oleh pengurus PPIA dengan menyajikan berbagai macam makanan khas. Tak ayal, tempe goreng, lumpia, panekuk, dan berbagai macam makanan gorengan serta kue basah lainya turut mewarnai meja jualan PPIA. Sebagian penganan ini disiapkan sejak malam sebelum acara oleh mbak Win, Puji, Lita dan Thessy. Arena ini digawangi Dian dan Icha (Presiden dan Sekretaris PPIA) bersama mbak Umi, salah seorang warga Indonesia yang begitu cekatan dalam menyiapkan segala penganan gorengan. Lita juga turut menjaga stand promosi Indonesia dengan menawarkan brosur dan leaflet tentang Indonesia. Tak segan-segan dia berjalan mengitari arena dengan membawa kue dan brosur. Alhasil, dengan paduan kerjasama ini, tak jarang berdatangan decak kagum akan kelezatan makanan, ramahnya pelayanan dan promosi Indonesia yang datang dari para pengunjung. Kegiatan ini juga akan jauh dari sukses bila tak ditopang oleh keluarga Pak Muslimin, Lintang, Zen dan para punggawa PPIA serta masyarakat Indonesia di Townsville-Thuringowa. click for more PHOTOS
© PPIA-JCU
JCU Open Day 2007 and promoting Indonesia
Mbak Windarti (alumnus JCU 1991-1993) yang dijemput 2 orang baik PPIAers Farida dan Mas Memed di Townsville Airport alias baru sehari menghirup udara Townsville sigap memasakkan spring roll dan bihun goreng dibantu oleh ketrampilan Jheng Puji dan Jhe-Lita yang juga semangat belanja-belanja perlengkapan dan bahan.. Putu "Brownies" Liza memamerkan keahliannya yang belakangan ketahuan berpikir keras mengeraskan "es krim"nya saat berjualan.. Thesy Legi Mamangkey unjuk ke-ijo-annya dengan menampilkan "pancake" (baca: pan-ekuk) ala Manado.. tak lengkap tanpa aneka masakan tempe-tahu plus adegan demo memasak oleh Mbak Umi Muslim Samelan.. sementara setting up meja dan perlengkapan dikomandani Lintang-Zinul..
Dengan keahlian para penjual: Mbak Umi, Dian, Lita dikomandai Putu "Brownies" Liza yang mantap abiz gaya jualannya (padahal kata Icha ini pengalaman pertamanya) dan.. woiiiu fun..! ludezz abizzz..!! apalagi sejoli "jualan" Mpok-Abang Lita-Lintang jalan keliling menjajakan makanan Indonesia di pojok-pojok keramaian.. what a great idea..!! Mpok Lita yang tourism JCU student juga dengan senyum 'Indonesia'-nya promosi Indonesia lewat brochures dari Indonesia Embassy.. eittt..!! jangan lupa.. Indonesian foods is also part of tourism apalagi Mpok mpok dan Abang yang jaga stand pake pakaian dengan atribut Indonesia.. atributnya simpel aja, scarf, batik, dan kebaya-top..
PPIAers juga menyempatkan keliling2 JCU get around at JCU Open Day.. bahkan Putu Liza sempet "on-air" sebagai utusan International Students.. "Indonesia.. on air..!" di 106.3 FM.
Oya.. Happy Father's Day 'tuk Bapak-bapak.. Pak Muslim, Pak Parjiono dan Pak Gustaf pun tersenyum..
Wednesday, August 29, 2007
Tuesday, August 28, 2007
Indonesia Festival 2007-Gebyar dan Semarak
Pagi yang cerah. Backdrop terentang gagah. Gebyar bendera Indonesia dan Australia membangkitkan semangat. Farida sang sekretaris menebar senyum ramah kepada para tamu yang satu per satu berdatangan. Dan dibukalah acara Indonesia Festival pertama ini oleh MC Annie Daryani (notes: Annie was crowned as Miss Cultural Festival Townsville-Thuringowa 2006, see the report in the category "cultural events" in this blog). Lagu Indonesia Raya dinyanyikan semua hadirin dengan hikmat dilanjutkan dengan Australia National Anthem. Tari Bali pembukaan Panyembrama oleh Putu Liza menghangatkan suasana welcoming. Setelah sambutan demi sambutan dari Ketua Panitia Zainul Hidayah, Presiden PPIA JCU (JCU Indonesian Student Association) 2006/2007 Dian Latifah, Hon Cr Brian Bensley mewakili Mayor Thuringowa Les Tyrell yang didampingi sang istri Mrs Carol Bensley, dan Minister Counsellor Mr Anwar Raudin mewakili Duta Besar/Ambassador Mr Hamzah Thayeb, rangkaian performances pun silih berganti.
Dimulai dari Tari Pendet oleh Ani Christiani residen kemudian Alex Salvador dengan penampilannya yang mengesankan lewat pelibatan langsung seluruh audience menciptakan rhytme indah. Dilanjutkan dengan penampilan Tari Yapong oleh Annie, Ani, Angel dan Tessy yang aksi goyangannya mengundang tepuk riuh audience.
Performance dari negara lain kembali tampil, kali ini dari India dengan drama musicalnya yang sebagian besar dimainkan oleh bocah-bocah ciliknya kemudian Filipino Group dengan grup banjo music nya. Kerekatan persahabatan antara negara makin terasa saat para penampil India menyajikan lagu dan musical "Banda Mataram" (yang diadopsi dari Indonesia dari kata "Bende Mataram") serta penari Indonesia Putu Liza membawakan tari dari India bahkan tarian klasik Bharatnatyam.
Anak-anak berbakat Indonesia pun unjuk kebolehan. Tari Payung ditampilkan menggemaskan oleh Nadine, Gloria, Chikita, Aulia, Jessy dan Isyah. Tita memainkan alat musik clarinet serta Anissa menyumbangkan suaranya saat nyanyian Gebyar-gebyar menggema. Sebenarnya potensi anak-anak berbakat cukup banyak namun karena keterbatasan waktu dan tenaga pelatih tari yang juga students Annie Daryani dan Maulita Sari Hani, tidak bisa semuanya berkesempatan tampil di Indonesia Festival tahun ini.
Penampilan berikutnya yang menggoncang 'bumi' Thuringowa dengan tepukan dan hentakan Tari Saman nya oleh 10 orang penari Tony, Putu Liza, Annie, Ani, Angel, Dian, Zainul, Desni, Etha, Tessy dengan pelatih tari Maulita Sari Hani. Suara-suara merdu pun mengangkasa dengan iringan keyboard oleh Pak Bambang dari Ayr bahkan Pak Anwar Raudin pun ikut bernyanyi. Puisi oleh Putu Liza menggebyar lagu "Gebyar-gebyar". Duet Tessy dan Angel mempermanis suasana.
Tak lengkap tanpa "finale" dimana para audience bisa diajak menari bersama. Diawali Tor-tor oleh Desni, Angel, Etha, Vina dan Putu Liza hadirin dihenyakkan oleh finale Poco-poco yang dipercantik oleh goyangan mantap Mita Takaendengan. Foto bersama di depan backdrop "Indonesia Festival and 62th Independence Day" bersama Pak Anwar Raudin melengkapi keceriaan perayaan dan peringatan hari Kemerdekan Republik Indonesia tercinta hari ini.
Semua bergaya.. kemudian.. berlomba..!!
Perlombaan dipimpin oleh Puji didampingi Vina Birbeck dan Tony. Para pemburu hadiah pun riang saat memperoleh kemenangan dan menerima hadiah lomba-lomba tradisional khas Indonesia yaitu balap karung, lomba kelereng, makan kerupuk dan lomba lari kelereng. Hampir semua anak-anak menerima hadiah tentunya agar tangis tak meledak di udara, tercatat sang juara adalah Aisyah putri Kasmawati Hem yang aktif dan semangat berlomba bahkan berhasil mematahkan kepala bebek karya Vina Birbeck meski mata ditutup dan terjatuhlah sang bebek hias cantik di tanah menabur baurkan lolies kesukaan anak-anak, Bijai putra Pak Halmar Halide (lomba kelereng), David dan James (lomba kelereng), Nadine Mamangkey di lomba pensil masuk botol, Auliah Parjiono (lomba kerupuk) serta Afi putra Pak Erwin Imam Santoso. Sedangkan pemenang dewasa tercatat: Balap karung wanita (1) Dian Latifah (2) Umi (3) Etha; Balap karung pria (1) Kevin (2) Glenn (3) Zainul Hidayah; Lomba Kerupuk Wanita (1) Tessy (2) Rika (3) Vina birbeck.
Lomba masih berlanjut keesokan harinya yaitu final volley ball (catatan: volley ball adalah olahraga rutin PPIA JCU yang banyak diminati saudara-saudara dari negara lain; lihat category SPORT dalam blog ini). Setelah berhasil mengalahkan grup voli India dan grup mix dengan Papua Nugini, England, South Africa, Fiji dan Filipina terjadilah Final All Indonesians (meski ada pemain asing bala bantuan dari Papua Nugini). Keluar sebagai juara adalah tim yang dikomandani Lintang Adi Pradana dengan anggota etha, ani christiani, glenn, tessy, tony. Koordinator acara lomba Puji menutup acara dengan penyerahan hadiah kemudian dilanjutkan dengan acara makan-makan di rumah Ibu Presiden dan nonton bareng video Indonesia Fest 2007 sekaligus membubarkan Panitia dan manandai berakhirnya seluruh rangkaian acara Indonesia Festival 2007. Akhirnya semua berteriak.. Merdeka..!! dan BACK TO GREEN CAMPUS.. our beloved James Cook University..!!
© PPIA-JCU
Indonesia Festival 2007-dibalik kisah sukses
Persiapan acara kerap meninggalkan kesan tersendiri. Two days to go disamping heboh belanja dan persiapan pos sie Lomba nya Puji-Vina, juga telah terjadi peresmian rumah penampilan baru di 2/28 Deschamp St Gulliver ditandai dengan pemotongan pita "kabel printer inventaris PPIA JCU". Accident yang menjadi ONE night breaking news ini mengundang gelak tawa di 2/18 Wandella dimana para performers meriung ngumpul untuk Gladi Resik, ketika sang istri dari 'pelaku' menunjukkan barang bukti beserta sang pelaku kepada Ibu Presiden. Adegan ini menjadikan lelah terlupakan bagi keluarga Purwani-Bambang dan De' Tita yang sengaja datang dari jauh dari Ayr 'tuk menghadiri gladi resik ini.
Kehebohan makin menjadi jadi One day to go hampir semua pos belanja-belanja yang kurang dan harus kerja keras sampai hampir midnight dari mulai pos bikin spanduk (see photo inzet L-R: Zen-Lintang-Tony di kediaman pemilik tenda biru Gustaf) dan pos games dan lomba. Accident disconnection cable (psst alias Dian lupa nyolokin cable ke power outlet hihihi typical ladies-electronical-skill problem dan mudah ditebak menyalahkan laptop dan printer yang anteng2 aja bahkan berlanjut dengan pembahasan theory metafisika tentang pancaran gelombang energy namun semuanya berakhir dengan teriakan Icha.."D-i-a-n..!!" mirip John Burckle yang mengomeli Garfield) kembali terjadi di 2/18 Wandella dimana Dian, Putu Liza dan Angel melembur. MC Annie Daryani harus bergadang sampai 2 am dini hari dan komunikasi via email dan mobile phone dgn Dian tuk membuat katalog acara/program event untuk display dan para honourable guests akhirnya Dian tak sempat tidur untuk mendesain dan memperbanyak katalog tersebut namun menyempatkan tidur sesaat paginya sampai dibangunkan para pangeran berotot Gustaf, Zen dan Lintang dari peraduan Putri Dian di 46 Bundock St.
Hari-H di lapangan diawali dengan olahraga peregangan otot-otot dengan mengangkat-angkat meja kursi tak pandang pria maupun wanita. Bunda Kasey-bundanya Annie Daryani dan bundanya kita semua (hehe boleh ya Nie..) turun tangan dan mensupport dengan penuh semangat dan kasih seorang Bunda.. yang membuat kita keep smiling dan keep stronger menyiapkan acara dan.. ready to go..!!
© PPIA-JCU
Sunday, August 26, 2007
FESTIVAL INDONESIA 2007, SUKSES!
Festival pertama Indonesia di Townsville-Thuringowa berlangsung dengan sukses! 25 Agustus 2007, Saturday, Riverway Park Thuringowa.. Festival ini bukan hanya diikuti oleh warga Indonesia di kota Townsville-Thuringowa namun juga dari berbagai kota di sekitarnya seperti Ayr, Charters Towers, Ingham, Cairns dan Mackay. Kemeriahannya juga disemarakkan dengan penampilan beberapa perkumpulan seni pertunjukan dari Filipina dan India. Sebagai negara tetangga yang juga berperan dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia di masa revolusi, dalam festival inipun kemilau budaya mereka bersanding bersama untaian ragam budaya Indonesia. Unity in Diversity!.. =Bhinneka Tunggal Ika.. . the slogan and spirit of the Republic of Indonesia.
Terlepas dari kemeriahannya, banyak pihak di luar PPIA JCU yang juga berperan dalam terwujudnya kegiatan ini. Kedutaan Besar RI di Canberra yang bahkan mengutus Pak Anwar Raudin (Minister Counsellor) mewakili Duta Besar, Konsulat Jendral RI di Sydney, pihak Pemerintah Kota Thuringowa dengan utusannya dan yang juga merelakan tempatnya , Pemerintah kota Townsville, International Student Center James Cook University (JCU) bersama utusan Liason Officer Ausaid JCU Mr. Alex Salvador, Student Association JCU, Chaplaincy JCU Mr. Wayne Crockford, Masyarakat Indonesia di Townsville-Thuringowa dan kota-kota disekitarnya, pihak Departemen Kelautan & Perikanan dan Proyek Coremap yang pernah meninjau JCU atas pimpinan Dr. Jamalludin Jompa, Komunitas Filipina dan India di Townsville-Thuringowa, dan para perangkat acara mulai dari sound-system nya Pak Erwin, keyboardist dan singers Pak Bambang dan keluarga, penyedia perangkat panggung, dan berbagai aksesoris serta perlengkapan lainnya dan konsumsi yang dibantu sepenuhnya oleh masyarakat Indonesia di Townsville-Thuringowa.
Hon. Cr Brian Bensley beserta istri menyatakan kepuasannya yang mendalam atas kesuksesan acara ini.. mereka stay bersama kami hingga lunchtime dan begitu berbaur dengan audience dan performers. Minister Counsellor Raudin Anwar menunjukkan kebahagiaan tak hingga, memberikan semangat dan dorongan agar menjadikan Festival Indonesia ini ajang tahunan di Townsville-Thuringowa.
Menilik sekilas sejarah.. kegiatan Perayaan dan Peringatan Indonesia Independence Day ini telah dirintis PPIA JCU dengan support para residen sejak tahun 1990-an pada beberapa kali program perayaan dan peringatan Independence Day-nya dengan konsep-konsep sederhana dan masih untuk kalangan terbatas komunitas Indonesia dan Australians (suami/istri/anak-nya) serta Australians sebagai honourable guests/invitees, terlebih lagi saat diketuai Pak Marwata dan Presiden Ghitarina tahun 2004 berhasil mendatangkan Dubes Hamzah Thayeb, tahun 2005 dengan Presiden Johanna Kodoatie yang seniwati (pemusik dan penari) konsep "Festival" sudah ada, konsep ini makin matang di periode 2006 Presiden Aryadi Arsyad dan ketua panitia Yansen dengan koordinator kesenian Johanna Kodoatie kembali yang dihadiri Mayor Thuringowa Les Tyrell, dan.. jadilah Indonesia Festival PERTAMA tahun 2007 yang mulai membuka diri terhadap publik Australia dan diadakan di lokasi strategis dan reputable Riverway Park Thuringowa.. yang dikomandani Zainul Hidayah..!!
Selamat.. Panitia dan PPIA JCU..!! MC Annie Daryani, Putu Liza, State Manager Lintang, Koordinator Kesenian Annie Daryani yang sekaligus pelatih tari/koreografer bersama Lita, para performers, para pemburu hadiah alias yang ikutan games dan sport alias volley yang dikomandani Puji didampingi Tony dan staf ahli Vina Birbeck, Sekretaris Farida Damayanti, Bos perlengkapan Pak Parjiono dengan tim pria2 tangguhnya, Gustaf extra kerjanya, Lukman sebagai utusan bala bantuan dari Presiden dan Sekretaris PPIA, Bos Konsumsi Mita dengan staf Ahli Mbak Warni dan Mbak Ita Halmar, pemilik tenda biru, para istri student dan residen yang masak extra dan semuanya yang dengan senang hati bekerja membantu dan berpartisipasi extra.. Keluarga Pak Muslim yang sudah take care Pak Anwar Raudin.. para istri/suami/anak-anak/sweetheart dari Panitia dan Performers yang ikutan sibuk atau atas support dan pengertiannya.. semua pihak yang menjadikan Indonesia Festival Pertama menjadi nyata.. you're all making a history in your life.. we're all going to miss out kebersamaan kita, suka, duka, tawa, tangis, capek, lapar, tegang, sedikit stress, kurang tidur, kerja otot (hehe..), tukang cuci, selama persiapan acara lalu dan pas acaranya.. Selamat..!!
© PPIA-JCU
Thursday, August 23, 2007
Indonesia Festival 2007-Program
Master of Ceremony: Annie Daryani dan Putu Liza
10.00: Opening Ceremony
· Balinese Dance Panyembrama Penyambutan by Putu Liza
· Opening of the event (the background and purpose of the event by the Zainoel Hidayah)
· Opening speech by the president of Indonesian Student Association JCU (Dian Latifah)
· Speech from Minister Counsellor Anwar Raudin on the behalf of Ambassador Hamzah Thayeb, the Embassy of The Republic of Indonesia for Australia-Canberra.
· Speech from Hon. Councillor Brian Bensley, Thuringowa City
· Indonesia Raya (sung together with text)
· Australia national anthem (sung together with text)
10.30: Balinese Dance Pendet by Ani Cristiani
10.40: Children Payung Dance (Umbrella Dance from Western Sumatera) by Nadine,
Chickita, Glory, Aulia, Jessy, and Isyah
10.45: Singing Performance of traditional Indonesian songs by Indonesian singing group
11.05: (Performance from other culture) by Alex Salvador and group
11.15: (Performance from other culture) Indian performance by the Indian community & Putu Liza (Bharatanatyam)
11.25: (Performance from other culture) Filipino performance by Filipino -Australian
Affiliation of NQ (FAANQ).
11.35: Jakarta Dance Yapong by Annie, Icha, Ani, Angel, and Tessy
11.45: Aceh Dance Saman by Tony, Icha, Angel, Dian, Toni, Tessy, Desni, Etha, Zen
11.55: Finale (dance together): Tor Tor Dance/Poco-poco from Sulawesi Island
12.05: Lunch
12.35: Musical Performance by Pur and family
12.50: Traditional Sports and Games
02.45: Present give away and closing
© PPIA-JCU
Indonesia Festival AT GLANCE-25 August
The spirit of Indonesia Independence Day does not only belong to Indonesians living in Indonesia but also to those living overseas. Through the commemoration of the 62nd Indonesian Independence Day, the Indonesian students and community in Townsville aspire to maintain the spirit of independence by performing a special occasion: the Indonesia Festival and Independence Day. The cultural event is designed to explore creativities, embrace arts, traditions and beliefs within the many ethnic groups in Indonesia and to serve as a media to embrace diversity and promote understanding with the international communities. By inviting and involving people of different cultural backgrounds and nationalities in Townsville, we hope that the event will promote Indonesia’s cultural diversity and foster multi cultural understanding in Townsville Australia.
© PPIA-JCU
Monday, August 20, 2007
Selintas tentang Cultural Festival di Townsville
Icha menari India
© PPIA-JCU
Tari Saman di ajang Cultural Fest
© PPIA-JCU
Sunday, August 19, 2007
Finale Indonesia di ajang Cultural Festival
hari ini adalah hari terakhir tuk menunjukan eksistrensi di cultural festival. awalnya sih dian, ani, desni dan lita mau ngeramein fashion parade tetapi karena kondisi cuaca yang hujan dan beberapa peserta mengundurkan diri jadinya dibatalin deh acaranya oleh panitia. anyway, team fashion parade indonesia tetep mau unjuk kebolehan, so menari berlengak lengok di atas panggung deh. meski koreografinya dadakan alias baru di buat 1 jam sebelum tampil tapi ok juga loh dengan alunan musik kicir-kicir. nggak sampe di situ aja, team ini juga langsung ikutan di finale drum session conducted by Alex Salvador, wah tambah seru deh pokoknya ber-drum-drem-drom bareng rekan-rekan dari berbagai bangsa dalam satu panggung. persembahan tuk indonesia. merdeka.
© PPIA-JCU
thanks Anissa
Yapongan di Cultural Festival 2007
Pagi yang cerah, secerah dan meriah kostum yapong. sebagai bagian dari pertunjukan rangkaian cultural festival, nggak mau ketinggalan PPIA unjuk kebolehan di panggung, 2 kali tampilan yang ok punya menghadirkan suasana tersendiri. goyangan angel, ani, tessy, dan lita membuat mata pengunjung terbelalak sekaligus dapat sambutan yang marak dan meriah.
© PPIA-JCU