suasana training di Museum Tropical Queensland - Townsville
* Science and Monitoring Coordinator - Conservation International Indonesia - Raja Ampat Program, Office: Jl. Arfak 45 Sorong 98413 Papua Indonesia, Ph +62 951331428 fax +62 651331786 email : mlazuardi@conservation.org
Erdi in Wayag Raja Ampat-Papua Indonesia (photo courtesy: AGD Hutabarat)
Dua tahun lalu, pada bulan Februari dan Mei 2006, Conservation International (CI) – Indonesia, bekerja sama dengan Departemen Kehutanan dan Departemen kelautan dan Perikanan serta LIPI, melakukan survey kelautan di Teluk Cendrawasih dan Fak-fak – Kaimana yang dalam istilah para ahli kelautan termasuk ke dalam kawasan Bentang Laut Kepala Burung Papua (Bird’s Head Seascape). Kawasan ini juga biasa disebut sebagai jantung segitiga karang dunia (the heart of the world’s coral traingle), dimana 75 % species karang keras*) yang ada di dunia terdapat di kawasan ini. Segitiga karang dunia merupakan kawasan yang terbentang antara Indonesia, Malaysia, Philippina, Australia dan Papua Nugini serta pulau-pulau di barat Pasifik. Survey ini meliputi pendataan jenis-jenis karang keras, jenis-jenis ikan karang dan sosial ekonomi masyarakat.
Saya merasa senang diberi kesempatan ikut serta dalam kegiatan ini. Disamping pengalaman serunya menyelam di tempat yang belum pernah diselami sebelumnya, juga karena kegiatan ini melibatkan para saintis ternama dalam bidangnya yaitu Gerry Allen yang banyak menyusun buku tentang identifikasi ikan dan panduan lapangan, Emre Turak dan Lyndon Devantier yang berkontribusi banyak dalam penyusunan buku-buku tentang identifikasi karang keras. Kegiatan ini juga mencoba mengoleksi specimen-specimen karang keras untuk diidentifikasi lebih lanjut di laboratorium guna mengetahui nama ilmiahnya ataupun kemungkinan species baru yang belum terdeskripsikan.
Dari survey tersebut dengan ditambah dari hasil survey di Kepulauan Raja Ampat pada 2001-2002, terdapat 1233 jenis ikan karang dan 600 jenis karang keras. Sedangkan specimen karang yang dikoleksi adalah 540 specimen dan diduga terdapat 42 jenis karang baru maupun endemik.
Senang sekali bagi saya yang juga tertarik dalam bidang taksonomi karang, akhirnya juga bisa ikut serta dalam identifikasi karang dari hasil kegiatan tersebut di Museum of Tropical Queensland (MTQ), Townsville.
Untuk kegiatan di Townsville ini, tugas saya tidak banyak. Pertama, mengurus packing specimen-specimen karang dari Sorong Papua menuju Denpasar dan akhirnya menuju Townsville dengan segala perijinannya. Sesampainya di MTQ, saya membantu mengelompokkan specimen-specimen karang tersebut ke dalam family dan genus. Belajar dan membantu identifikasi ke tingkat species dengan bantuan specimen karang koleksi MTQ dan literatur-literatur yang ada.
Tiga minggu kegiatan yang saya ikuti dari 7 – 27 Februari 2008 adalah sehari-hari di lab identifikasi. Dengan tinggal di Kissing Point, sesekali pulang pergi menuju MTQ dengan jalan kaki 40 menit perjalanan, menikmati nyamannya Strand dengan bersihnya pantai (The Strand tercatat sebagai Queensland's Cleanest Beach 2003), ruang publik yang bagus dan juga burung-burung bebas beterbangan yang di Indonesia sudah sangat jarang dijumpai sekalipun di hutan. Sekali waktu juga sempat menikmati keindahan Townsville dari puncak Castle Hill.
Sempat ngumpul dengan teman-teman mahasiswa dari Indonesia dan beberapa kawan mereka dari negara lain serta warga Indonesia yang tinggal di Townsville. Semuanya ramah, hangat dan menyenangkan. Memasak, main gitar, main voli dan makan bareng. Potong rumput di rumah Mbak Icha dan Mbak Dian :p, tetap menyenangkan.
Semua staf, khususnya Dr. Carden Wallace sebagai principal scientist di MTQ, sangat ramah, terbuka dan perhatian. Membuat hari-hari di lab tidak membosankan dan suasana sangat mendukung untuk terus belajar. Kehangatan mereka juga tertuang dalam penyambutan dan perpisahan yang sederhana namun tak akan pernah saya lupakan karena kebaikan mereka termasuk undangan makan malam di rumah yang sangat bersahabat.
Fasilitas MTQ sangat lengkap dan rapi. Koleksi specimen karang juga dikelola dengan baik. Saat ini terdapat 800 species dari 400.000 specimen karang keras di museum yang juga terkenal karena sejarah dan peninggalan kapal ”Pandora”, sebuah kapal layar Inggris yang karam di Great Barrier Reef pada 1791.
Saat ini, kegiatan identifikasi tersebut masih terus berlangsung. Di luar itu semua, terlebih penting dari hasil survey dan kegiatan identifikasi ini adalah bagaimana kedepannya potensi kawasan ini bisa dikelola dengan baik sebagai benteng terakhir kawasan terbaik terumbu karang dunia dengan tetap memberi manfaat yang baik juga untuk masyarakat Papua.
*)
Karang keras merupakan endapan deposit masif zat kapur yang dihasilkan dari hewan karang dari filum Cnidaria, klas Anthozoa dan ordo Scleractinia yang hidup di lautan tropis dalam koloni maupun soliter dan merupakan komponen utama dalam ekosistem terumbu karang.
© PPIA-JCU