Presentasi mas Pram tentang sang burung Gelatik Jawa (yang rajin ‘sembahyang Maghrib’ hehe...) sangat menarik, terutama dari sudut pandang conservationist kayak saya. Dan saya harus akui, saya salut dengan powerpoint mas Pram yang bersih, enak dibaca (hurufnya besar, dan tidak menuh-menuhin layar) dan renyah isinya. Plus, kata Madam President Dian Latifah, mas Pram pake baju batik kebangsaannya.
Segala genetik, saya ga usah bahas ya. Ora dhong detile. Tapi yang jelas penelitiannya mas Pram menemukan bahwa sang burung gelatik jawa yang nama latinnya Padda oryzivora ini ternyata berasal dari satu dua kawasan yang berdekatan di Prambanan dan sekitarnya, dan pada masa inter-glacial terakhir menyebar ke tempat-tempat lain, walaupun masih di Jawa saja (Bali ada ya? Lupa saya... ga ada pptnya sih...). Status konservasi sekarang vulnerable, dan terancam bisa ‘upgrade’ ke endangered kayaknya, kalo perburuan demi menyenangkan hati para pecinta sangkar dan burung dalam sangkar tetap berlanjut seperti sekarang (On that note, saya sempat menyanggah mas Pram bahwa strateginya sebaiknya adalah mendidik para pecinta burung sangkar itu, bukannya memasukkan gelatik jawa dari Kalimantan – yang kayaknya migrasi ke sana karena dibawa orang...).
.. dan tepat pada tanggal peluncuran catatan Putu Liza ini.. Mas Pram beserta keluarga terbang bersama burung baja "Java Sparrow" kembali ke tanah air tercinta.. di email terakhir Mas Pram sebelum berangkat dari Cairns.. Mas Pram missed much many Javanese-local foods..
Pic 1: Java Sparrow, dari siniPic 2: Mas Pram seminar, dari Dian Latifah
Pic 3: ukiyo-e (Japanese painting), oleh Ryuu Shimazazi ("Java Sparrow"), 1912 dari sini
© PPIA-JCU
No comments:
Post a Comment