Sementara itu, ijinkan saya menorehkan beberapa kata mutiara yang diambil dari lontar kuno serta dari Bapak-Bapak pendiri Bangsa kita (yang punya Ibu-Ibu pendiri Bangsa berdiri bersama mereka... hehehe...).
Tentang persatuan dalam keberagaman
Bhinneka Tunggal Ika ~
(berbeda-beda tetapi satu jua adanya)
lontar Sutasoma, oleh Mpu Tantular
Indonesia Muda
Indonesia Muda
Harus mengingatkan,
Bahwa Indonesia yang siang malam
Melahirkan yang baru
Akan dapat sejajar dengan
Negeri-negeri terkemuka di dunia
Bukan Indonesia musium barang kuno
Achdiat K. Mihardja
Kebangsaan Indonesia
Kebangsaan Indonesia
Sudah ada semenjak dahulu kala
Sekarang dirasai
Dan
Diwujudkan
Sanusi Pane
Semangat Indonesia
Apakah semangat Indonesia itu?
Semangat Indonesia ialah kemauan
Yang timbul pada abad kedua puluh ini
Di kalangan rakyat yang berjuta-juta ini untuk bersatu
Dan dengan jalan demikian hendak berusaha
Bersama-sama menduduki tempat yang layak
Di sisi bangsa-bangsa lain
Sutan Takdir Alisyahbana
Hubungan Internasional
Kita bukan saja harus mendirikan negara Indonesia Merdeka,
tetapi kita harus menuju pula kepada kekeluargaan bangsa-bangsa...
Internasionalisme tidak dapat hidup subur,
kalau tidak berakar di dalam buminya nasionalisme.
Nasionalisme tidak dapat hidup subur,
kalau tidak hidup di dalam taman sarinya internasionalisme.
Bung Karno
Dan perbolehkan saya mengutip kata mutiara Mahatma Gandhi, Bapak negara sahabat India yang tanggal 15 Agustus lalu memperingati kemerdekaan mereka:
‘My nationalism is humanity’
Gandhi
Wassalam, salam sejahtera, damai selalu,
Icha
© PPIA-JCU
1 comment:
Merdeka juga mbak!
Di salah satu media elektronik nasional ada sebuah pertanyaan:
Hingga saat ini, banggakah anda akan bangsamu Indonesia?
Aku bertanya, kenapa pertanyaan itu sepertinya selalu ditanyakan berulang-ulang? Apakah ada pengikisan kebanggaan selama ini atau (mungkin juga) peningkatan? Aku tak tahu, namun hasil sementara polling menunjukkan bahwa jumlah orang yang TIDAK BANGGA lebih banyak daripada yang MASIH BANGGA (termasuk juga yang MULAI BANGGA). Prasangkaku bahwa orang bangga pasti lebih banyak ternyata keliru. Walau hanya polling, namun setidaknya hasil ini menggetarkan sukmaku. Dia trenyuh, mbak! Tapi diriku tak mempermasalahkan, kenapa yang bangga tak banyak? Seketika aku mengingat di beberapa negara yang katanya tergolong maju, di mana upacara bendera sepertinya tak ada lagi, baris berbaris hanya ada di militer atau pramuka, apalagi hormat bendera? Namun rasa nasionalisme begitu tertanam di setiap anak bangsa mereka! Mereka bangga, mbak?
Akhirnya, tanpa bermaksud mendongkrak jumlah orang BANGGA di polling itu, aku memilih bahwa sampai saat ini aku, Gustaf mamangkey, TETAP BANGGA! Tanpa ditanyapun, AKU TETAP BANGGA! Kebanggaan yang tak terbayarkan, mbak...
Salam anak bangsa!
Post a Comment