Tak ada salahnya edisi ini kita tampilkan kombinasi pertanggungjawaban dan pengakuan, dan lain lainnya dari seorang Yansen, sang wisudawan S2 James Cook University angkatan 2006. Merdeka!
Red.
----
Salam semuanya,
Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan tiga hal: volley, pamitan dan terima kasih.
Karena tidak ada lagi yang berkesempatan main volley dan juga sudah liburan, bola volley akan dihentikan. Karena saya akan segera pulang ke Indonesia, perlengkapan bola volley akan diserahkan ke Presiden PPIA. Saya sebagai sie. Olahraga mengucapkan terima kasih atas dukungannya pada pelaksanaan kegiatan olahraga PPIA selama satu tahun penuh. Saya juga minta maaf atas segala kekurangan dalam mengurusi kegiatan olahraga.
Di samping itu, karena saya dan keluarga akan segera meninggalkan Australia, kita ingin mengucapkan selamat tinggal. Kita mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan, dukungan dan kebaikannya selama kita di sini. Mulai dari penjemputan di bandara, menyiapkan akomodasi dan menyediakan makan malam pertama kita. Terima kasih banyak untuk Pak Coco sekeluarga, Ibu Ghita sekeluarga, Mba Johanna, Rusaini dan semua teman-teman PPIA ketika itu. Ini adalah perjalanan pertama saya keluar negeri. Sulit membayangkan sebelumnya seperti apa living in overseas. Tapi, semuanya menjadi lancar berkat bantuan teman-teman PPIA. Terima kasih untuk Rusaini yang telah mengantarkan kita keliling pada hari pertama: buka bank account, medibank dan tetek bengek lainnya.
Selaksa pengalaman hidup yang saya dan keluarga dapatkan di sini. Inilah yang mungkin disebut sekolah kehidupan. Banyak ragam pekerjaan yang dilakoni di Townsville yang penuh suka dan duka. Sukanya ya saat gajian. Dukanya, ya capek sampai digigit anjing. Tapi, "Tetap semangat!" Kata Sony Tulung. Di samping belajar di JCU, saya juga, Alhamdulillah, belajar juga di Townsville University. Dan tentu saja, teman-teman semua adalah gurunya. Terima kasih kepada Pak Hasan dan keluarga, yang telah menjadi housemate kita sekeluarga selama di Australia. Terima kasih tak terhingga lagi buat Pak Coco dan keluarga yang telah sibuk mengurusi kita. Mulai dari mengantarkan kita untuk beli sepeda, bersibuk-sibuk membantu merencanakan kedatangan keluarga sampai membantu dan menyemangati untuk beli mobil. Saya tidak pernah membayangkan sebelum berangkat ke Australia akan beli mobil di sini, karena memang tidak bisa menyetir sebelumnya. Juga Ibu Ghita dan Pak Hasbi yang telah direpoti untuk menjemput keluarga ketika datang dan sering diminta bantuannya. Irwan yang menjadi classmate dan membantu penelitian. Adi dan keluarga yang sering kita minta bantuannya. Gustaf yang sering diintip catatan di blognya, terima kasih atas pencerahannya. Aufklarung, kata Jurgen Habermas. Pak Jack untuk obrolan dan ketegarannya. Pak Halmar dan Mbak Ita yang sering membagi kreasi makanannya. Dan semua teman-teman lainnya: Icha sekeluarga, Pak Patrice, Pak Peter, Pak Parjiono, Dian, Bu Eko dan Desni yang telah menjadi bagian dari sejarah kehidupan keluarga kecil kami. Juga untuk para residents. Terima kasih kepada Pak Muslim yang telah menyuplai kita dengan tempe dan tahu. Di samping terus mengkonsumsi (susu) ikan (teri dan asin), kata Pak Coco, kita tetap mengkonsumsi (susu) kedelai dalam format tempe. Alhasil, kita tetap jadi manusia Indonesia yang bermental tempe, dalam makna positif kata Pak Harto, dan berjiwa baja. Amerika kita setrika, Inggris kita linggis! Teriak Bung Karno di depan massa rapat raksasa, Lapangan Ikada. Juga kepada Kak Etha cs, yang begitu antusias datang pada minggu sore. Berkat saudara semua, hidup kami jadi lebih mudah dan enjoy. Tak perlu mengeluarkan ginkang, istilah Kho Ping Hoo. Tentu saja, Townsville menjadi bab sendiri dalam catatan keluarga kami. Ini akan menjadi archetypes, menurut Carl Gustav Jung, dalam sejarah hidup keluarga kami.
Selama berinteraksi dan bergaul, tentu saja tak terhindari ucapan, tindakan dan tingkah laku kita yang kurang berkenan, sengaja ataupun tidak. Karenanya, saya dan keluarga mengucapkan maaf yang setulusnya jika ada teman-teman yang merasa marah, tersinggung ataupun terzalimi oleh kita sekeluarga.
more at http://theyansenfamily.blogspot.com/
© PPIA-JCU
No comments:
Post a Comment