Friday, February 29, 2008

Menguak Pandora Pengetahuan Coral di Museum Tropical Queensland dan Sekelumit Cerita di Townsville

suasana training di Museum Tropical Queensland - Townsville

* Science and Monitoring Coordinator - Conservation International Indonesia - Raja Ampat Program, Office: Jl. Arfak 45 Sorong 98413 Papua Indonesia, Ph +62 951331428 fax +62 651331786 email : mlazuardi@conservation.org

Erdi in Wayag Raja Ampat-Papua Indonesia (photo courtesy: AGD Hutabarat)

Dua tahun lalu, pada bulan Februari dan Mei 2006, Conservation International (CI) – Indonesia, bekerja sama dengan Departemen Kehutanan dan Departemen kelautan dan Perikanan serta LIPI, melakukan survey kelautan di Teluk Cendrawasih dan Fak-fak – Kaimana yang dalam istilah para ahli kelautan termasuk ke dalam kawasan Bentang Laut Kepala Burung Papua (Bird’s Head Seascape). Kawasan ini juga biasa disebut sebagai jantung segitiga karang dunia (the heart of the world’s coral traingle), dimana 75 % species karang keras*) yang ada di dunia terdapat di kawasan ini. Segitiga karang dunia merupakan kawasan yang terbentang antara Indonesia, Malaysia, Philippina, Australia dan Papua Nugini serta pulau-pulau di barat Pasifik. Survey ini meliputi pendataan jenis-jenis karang keras, jenis-jenis ikan karang dan sosial ekonomi masyarakat.
Saya merasa senang diberi kesempatan ikut serta dalam kegiatan ini. Disamping pengalaman serunya menyelam di tempat yang belum pernah diselami sebelumnya, juga karena kegiatan ini melibatkan para saintis ternama dalam bidangnya yaitu Gerry Allen yang banyak menyusun buku tentang identifikasi ikan dan panduan lapangan, Emre Turak dan Lyndon Devantier yang berkontribusi banyak dalam penyusunan buku-buku tentang identifikasi karang keras. Kegiatan ini juga mencoba mengoleksi specimen-specimen karang keras untuk diidentifikasi lebih lanjut di laboratorium guna mengetahui nama ilmiahnya ataupun kemungkinan species baru yang belum terdeskripsikan.
Dari survey tersebut dengan ditambah dari hasil survey di Kepulauan Raja Ampat pada 2001-2002, terdapat 1233 jenis ikan karang dan 600 jenis karang keras. Sedangkan specimen karang yang dikoleksi adalah 540 specimen dan diduga terdapat 42 jenis karang baru maupun endemik.
Senang sekali bagi saya yang juga tertarik dalam bidang taksonomi karang, akhirnya juga bisa ikut serta dalam identifikasi karang dari hasil kegiatan tersebut di Museum of Tropical Queensland (MTQ), Townsville.
Untuk kegiatan di Townsville ini, tugas saya tidak banyak. Pertama, mengurus packing specimen-specimen karang dari Sorong Papua menuju Denpasar dan akhirnya menuju Townsville dengan segala perijinannya. Sesampainya di MTQ, saya membantu mengelompokkan specimen-specimen karang tersebut ke dalam family dan genus. Belajar dan membantu identifikasi ke tingkat species dengan bantuan specimen karang koleksi MTQ dan literatur-literatur yang ada.
Tiga minggu kegiatan yang saya ikuti dari 7 – 27 Februari 2008 adalah sehari-hari di lab identifikasi. Dengan tinggal di Kissing Point, sesekali pulang pergi menuju MTQ dengan jalan kaki 40 menit perjalanan, menikmati nyamannya Strand dengan bersihnya pantai (The Strand tercatat sebagai Queensland's Cleanest Beach 2003), ruang publik yang bagus dan juga burung-burung bebas beterbangan yang di Indonesia sudah sangat jarang dijumpai sekalipun di hutan. Sekali waktu juga sempat menikmati keindahan Townsville dari puncak Castle Hill.
Sempat ngumpul dengan teman-teman mahasiswa dari Indonesia dan beberapa kawan mereka dari negara lain serta warga Indonesia yang tinggal di Townsville. Semuanya ramah, hangat dan menyenangkan. Memasak, main gitar, main voli dan makan bareng. Potong rumput di rumah Mbak Icha dan Mbak Dian :p, tetap menyenangkan.
Semua staf, khususnya Dr. Carden Wallace sebagai principal scientist di MTQ, sangat ramah, terbuka dan perhatian. Membuat hari-hari di lab tidak membosankan dan suasana sangat mendukung untuk terus belajar. Kehangatan mereka juga tertuang dalam penyambutan dan perpisahan yang sederhana namun tak akan pernah saya lupakan karena kebaikan mereka termasuk undangan makan malam di rumah yang sangat bersahabat.
Fasilitas MTQ sangat lengkap dan rapi. Koleksi specimen karang juga dikelola dengan baik. Saat ini terdapat 800 species dari 400.000 specimen karang keras di museum yang juga terkenal karena sejarah dan peninggalan kapal ”Pandora”, sebuah kapal layar Inggris yang karam di Great Barrier Reef pada 1791.
Saat ini, kegiatan identifikasi tersebut masih terus berlangsung. Di luar itu semua, terlebih penting dari hasil survey dan kegiatan identifikasi ini adalah bagaimana kedepannya potensi kawasan ini bisa dikelola dengan baik sebagai benteng terakhir kawasan terbaik terumbu karang dunia dengan tetap memberi manfaat yang baik juga untuk masyarakat Papua.
*)
Karang keras merupakan endapan deposit masif zat kapur yang dihasilkan dari hewan karang dari filum Cnidaria, klas Anthozoa dan ordo Scleractinia yang hidup di lautan tropis dalam koloni maupun soliter dan merupakan komponen utama dalam ekosistem terumbu karang.

© PPIA-JCU

Thuringowa City Celebration 8 Feb 11.40 am - dari arena latihan Wandella

mari mengenal sekelumit sosok sang penari.. Icha, Lita dan Annie Daryani.. dari meja redaksi, foto Lita, Annie dan Icha menyimpan cerita.. ada apa dibalik 3 gadis manis ini ?



Icha (Putu Liza) yang berbalut gaun tari Ms Elizabeth Bennett charachter di novel Jane Austen ini akan tampil beda



Lita (Maulita Sari Hani) dan Annie Daryani adalah salah satu pasangan terhamonis loh, lihat aja aksinya, kalah deh sama pasutri2 yg ada di tonspil, he3x. Foto ini adalah salah satu aksi mereka berdua di acara cultural festival 2007. Ceritanya seh mau ikutan parade, eh ternyata di cancel, alhasil pasangan dua ini nggak mau mundur begitu aja, karena kita udah ready steady dengan dian & desni berbusana tradisional, so alhasil minta request ke panitia kalau kita mau nari aja deh. akhir cerita koreografi pun dibuat dalam waktu 10 menit dan aksi panggung pun nggak kalah dahsyat dengan goyangan yapong loh.

Jangan lewatkan penampilan mereka di panggung Lagoon Riverway merayakan farewell Thuringowa City yg akan amalgamated dengan Townsville City dan fireworksnya bakal menakjubkan, be there.. Saturday 8 Feb 11.40 am.

© PPIA-JCU

Wednesday, February 27, 2008

Indonesia Market Intelligence Seminar


Mr Philip Oakley berdiri paling kiri, Dian dan Gustaf bersama Ibu Isla dan Mr Tony kedua dari kanan; peserta Seminar yang merupakan representatif dari School di JCU atau Colleges di Townsville juga ikut berfoto





Lagi-lagi Townsville diguyur hujan namun Raintree Room-University Hall di James Cook University menjadi hangat saat perbincangan santai berlangsung usai Indonesia Market Intelligence Seminar. Isla Rogers-Winarto dan Tony Mitchener menjadi panelist dalam acara yang di-support oleh Queensland Government-Queensland Education and Training International, Trade Queensland. Ibu Isla Rogers-Winarto berbicara tentang: The Market Update – International Education opportuniities: trends, competitor activity, in-country program developments. Sementara Mr Tony Mitchener membawakan topik: A Queensland Response: Observations from a Queensland perspective; synergies, models for success. Mr Philip Oakley (Study Townsville Chair) bertindak sebagai moderator dalam diskusi panel: Various issues related to marketing Australian education in Indonesia, issues affecting Indonesian students in Australia, Indonesian perceptions of Australia, the way forward.

Ibu Isla adalah Country Director Indonesia untuk IDP Education Indonesia sedangkan Mr Tony Mitchener adalah Commissioner dari Queensland Government-Trade and Investment untuk Indonesia Office di Jakarta. Kami berbincang tentang suka duka kami belajar di JCU, alasan yang mendorong kami belajar di JCU, kehidupan sosial dan akademik. Ibu Isla menjelaskan peran IDP Indonesia dalam memberikan pelayanan pendidikan untuk membantu calon-calon pelajar Indonesia yang berminat menimba ilmu di Australia; khususnya di James Cook University yang berlokasi di wilayah tropis beliau juga mengungkapkan potensi JCU menjadi tempat studi yang memiliki nilai kompetitif 'tropika' yaitu ilmu-ilmu yang berkaitan dengan iklim tropika Indonesia yang akan lebih applicable untuk kondisi alamiah Indonesia yang langsung disetujui Mr Tony.

© PPIA-JCU

ditulis oleh: Dian photo by: Gustaf

Launching Voli 2008



menu launching: yang ngulek rujak Jheng Puji dan yang ngolah es kelapa muda Neng Dian


Minggu 24 Februari menjadi launching voli ball kami setelah beberapa kali hari Minggu diguyur hujan. Para pemain nya istimewa karena Erdi dan Rasmus turut bergabung. Egy mengungkapkan kegembiraannya untuk permainan pertamanya di Townsville. Wayne, JCU Chaplain, juga tak kalah bahagianya. Yansen melepas kerinduannya bermain voli di lapangan Cranbrook setelah 1 tahun berada di Indonesia dan kini kembali melanjutkan studi PhD nya.

Townsville.. jangan hujan lagi Minggu depan..

© PPIA-JCU

M. Erdi Lazuardi



Tamu kita kali ini, M. Erdi Lazuardi, Conservation Science and Monitoring Coordinator dari Conservation International Indonesia. Erdi berada di Townsville selama 3 minggu dan hari ini dia kembali ke Indonesia. Ia datang untuk training dan bekerja di Museum of Tropical North Queensland, Townsville. Erdi pulang hari ini dan menyempatkan diri mampir ke Wandella.. mohon doa agar bisa kembali bulan November nanti serta kelak bisa melanjutkan studi di James Cook University.. aamiin.

Ia juga datang memecah kesunyian.. baik kesunyian 'dapur Wandella' (karena ia datang dan ada masakan dari dapur Wandella), Wandella's living room (ia datang dan gitar pun dimainkan) serta Wandella's lawn (ia datang mower pun berlari) serta.. voli pun kembali riuh di lapangan Cranbrook. Nikmati foto selengkapnya.

© PPIA-JCU

Terbalas sudah


Foto saat gathering di Cranbrook Park. Inzet: Yansen dan Egy

Walau di minggu tanggal 17 Februari tak teredengar gedebuk bola voli di smes oleh pemain utusan Bengkulu (Yansen), namun seminggu sesudahnya Yansen membayar kesempatan yang hilang di minggu sebelumnya. Bersama dengan beberapa pemain internasional (International All Stars), dia berhasil melibas klub lokal dengan berbagai variasi smesnya yang dahsyat. "Aku bermain sebenarnya bukan untuk membalas sakit hati tak bisa main akibat hujan di minggu sebelumnya", begitu kilah Yansen. Lantas apa? Tak ada jawaban sampai pada sebuah wawancara eksklusif dengan istrinya. Istri Yansen berhasil menguak rahasia kebringasan suaminya di lapangan bola voli. "Sebenarnya bukan masalah dendam dengan waktu, mas", begitu kata istri Yansen saat memulai percakapan. "Tapi, suamiku membalas dendam dengan diri sendiri". Lho, maksudnya? "Begini mas, saat ini suamiku sempat naik sepuluh kilo sejak kepulangannya ke Indo kemaren, jadi sekarang dia ingin membakar semua lemak yang masih tersisa", beber istri Yansen lebih mendetail.

Begitulah sekelumit cerita dari Yansen yang saat ini melanjutkan studi ke level PhD setelah menyelesaikan Masternya dari James Cook University, lebih setahun yang lalu. Yansen bersama Egy (yang mendalami studi budidaya organisme laut) datang ke Townsville sebulan yang lalu. Saat ini adalah awal semester bagi keduanya. Mereka berdua menyemarakkan lapangan voli Cranbrook Park di setiap minggu. Setelah dientertain dengan permainan apik mereka, Egy melanjutkannya dengan petikan gitar di saat turun minum.

© PPIA-JCU

Sunday, February 10, 2008

Minggu yang sendu

Pagi tadi begitu ceria. Matahari tak segannya tersenyum bahkan kadang tertawa (baca: menyengat) menyemangati orang Townsville, apalagi bagi sebagian masyarakat Indonesia di Townsville (termasuk para students). Mengapa tidak? Di hari minggu ini adalah puncak dari sekian sms-an, email-an maupun telpon-an yang berisi panggilan: Maen voli yuuk? dan jangan lupa bawa penganan ringan ya?! Bahkan sampai semalam, di rumah keluarga Gavin & Selvia Lee cerita maen voli menjadi salah satu bahan diskusi utama para undangan.

Sayang seribu sayang. Ternyata birunya langit di pagi hari tak menjamin datangnya awan mendung di sore hari. Ternyata juga, awan sore ini tak datang bukan hanya mengelabukan hari namun (sedihnya) dia menangis! Air matanya jatuh dan tak mereda sampai berita ini diturunkan. Tak ayal, banana muffins yang di bake tak akan pernah sampai ke lapangan voli. Lebih setengah sudah menumpuk di perut pembuatnya. Belum lagi ada berapa banyak spring rolls, perkedel jagung, dan cakes yang dikonsumsi sendiri.... Hukhukhuk... Tega nian dikau hujan...


(maaf bila foto berkorelasi terbalik dengan isi cerita)

© PPIA-JCU

Saturday, February 09, 2008

Eco-prison

Banyak hal yang berlabel eco- baik (memang) untuk penyelamatan bumi maupun trik bisnis. Jujur saja, akhir-akhir ini banyak kalangan bisnis menggunakan mainstream "go green" untuk memperlebar pasar kekuasaannya. Agaknya, dititik ini sebagian tree huggers dan pengikut anti kapitalisasi berseteru padahal keduanya berpadu menentang industrialisasi. Nah, kalau berbicara tentang konflik, kita akan berbicara hukum! Siapa salah di mata hukum akan kena sanksi! Masuk penjara, misalnya. Penjara terkenal akan keangkerannya walau toh 'dilembutkan' dengan istilah Lembaga Pemasyarakatan yang diartikan sederhana sebagai lembaga yang membuat orang di dalamnya bisa membaur dengan masyarakat biasa. Norwegia menawarkan solusi baru. Mereka membuat sebuah lembaga pemasyarakatan yang berlabel Eco. Apalagi istilah ini? Ternyata si Eco-prison-nya Norwegia ini memberikan tempat bagi para kriminal (bahkan kelas kakap sekalipun) untuk hidup with eco-style. Sebagian besar energi dipakai dengan menggunakan sistem daur ulang, sinar matahari dan kayu bakar, bahkan bahan bakarnya berasal dari bio-fuel (bahan bakar yang baru dipromosikan massal di nusantara). Tempatnya nyaman, berada di sebuah pulau, indah lagi. Penjaganya tak bersenjata. Para kriminal juga berusaha di berbagai bidang, kebanyakan pertanian dan peternakan. Pertanyaannya: bila si Eco-prison ini berada di Indonesia, apa kira-kira yang akan terjadi?

© PPIA-JCU

Friday, February 08, 2008

jika sang pencari berita jalan-jalan...

gustaf dan hp baru-nya (note: kacamata juga baru, frame biru, dan ups.. jatuh.. apakah harus membeli lagi yang baru ? )

Refectory JCU, kantin favorit mahasiswa (karena murah meriah), masih sepi lantaran liburan belum usai. Tapi bagi riset student yang tidak sempat masak dan prepare bekal lunch, Refectory re-opening selalu dinanti. Lihat saja.. kursi-kursi masih tersusun rapi. Ada yang baru sih.. Refectory kini menyediakan mesin 'swalayan' red-bull dan juice 'Golden Circle' yang hampir tiap release 'rasa' baru langsung dicoba oleh beberapa juicer (penggemar juice).

Siang itu Gustaf tengah menikmati lunch ringan (yang berat kan 'nasi') di Refectory, tangannya sibuk menerima telpon lantaran ia baru saja 'back to campus' setelah sekitar 2 minggu on vacation. Senang hati sang pencari berita blog ppia jcu dan alumni ini bercerita tentang silaturrahmi yang menyenangkan di Indonesia Embassy di Canberra, diterima dengan sambutan menyejukkan hati oleh Pak Raudin Anwar (Minister Councillor Bagian Penerangan The Embassy) dan juga Minister Councillor Bagian Pendidikan dan Kebudayaan. Silaturrahmi ini kemudian berkembang menjadi ajang pembicaraan hangat tentang kegiatan PPIA JCU serta rencana kegiatan mendatang yang disambut supportive oleh Embassy; sambil juga mengingat kembali sekelumit cerita Pak Raudin yang hadir di Festival Indonesia di Townsville 25 Agustus 2007 lalu.

Dian (anggota tim redaksi blog ppia jcu juga) asyik mendengarkan cerita Gustaf meski sekian menit terpaku dan terpana memikirkan arti sebuah kata.. 'bola' yang dalam bahasa Manado berarti 'ban mobil". Mobil yang dikendarai Gustaf saat menuju Canberra sempat pecah ban.. pecah 'bola'.. ternyata saat sang pencari berita jalan-jalan, ia malah 'making the news'.. cerita selengkapnya silakan mengunjungi blog gustaf.

© PPIA-JCU

Tuesday, February 05, 2008

Welcome Back Yansen


Tak berselang lama dari kedatangan Bung Egy, Yansen kembali disambut gembira oleh warga Townsville mengingat kedatangannya langsung bersama keluarga yang menambah keramaian Townsville dan hanya 1 setahun saja sejak farewell Yansen November 2006 lalu. Kali ini di kediaman Pak Parjiono, kami pun saling berkenalan, makan malam, melepas rindu bagi yang sudah kenal keluarga ini sebelumnya serta mengobrol hingga menghabiskan pizza dan anggur (yang menghabiskan anggur siapa ya?? hehe..)

Yansen akan menjalani S3 nya mengenai Regeneration and recruitment patterns of several tropical tree species following fire disturbances.. good luck with your study.. semoga banyak lagi yang mengikuti jejak Yansen kembali ke JCU.. siapa lagi?

© PPIA-JCU