Thursday, May 31, 2007

Selamat Hari Raya Waisak

Hari Raya Suci Tri Waisak merupakan hari raya terbesar Agama Buddha, dimana memperingati tiga peristiwa penting, yakni kelahiran Sidharta, pencapaian penerangan sempurna oleh petapa Gautama dan Parinibanna-Nya Sang Buddha. Bagi teman-teman yang merayakan hari suci ini, segenap crew PPIA mengucapkan "Selamat Hari Raya Waisak 2007", semoga semangat akan kehadiran nilai-nilai kemanusiaan akan memberikan kebahagiaan kepada sesama.
© PPIA-JCU

Monday, May 28, 2007

Tentang Tenancy, apa hak dan kewajiban kita?

Pertemuan kali ini bersifat lebih serius, karena topiknya serius: Sustainable Tenancy, Rights and Responsibilities for Newly Arrived Migrants and Refugees. Topik yang sangat berhubungan dengan yang dialami oleh students selama ini: sewa rumah. Tak banyak yang mengetahui hak dan kewajiban tenants dalam kegiatan sewa-menyewa rumah ini antara landlord atau agen dengan student dan keluarganya. Kegiatan ini sendiri digagas oleh Townsville Multicultural Support Group Inc (TMSGI) dan bekerjasama dengan PPIA-JCU. Ibu Kasma Hem & Rahila Talic mewakili TMSGI, bersama mereka turut juga Jenny King dari Residential Tenancies Authority (RTA) sebagai inviting speaker khusus memberikan advokasi tentang bagaimana hak students terhadap tekanan yang bisa saja datang dari agen atau landlord.

Setelah perkenalan singkat, acarapun berlangsung singkat, namun berbobot. Mbak Kasma memaparkan garis besar bagaimana memulai tenancy sampai mengakhirinya, dengan berapi-api. Tanya jawab diladeni oleh Jenny King dan mbak Kasma mulai dari masalah agen/landlord yang masuk tanpa pemberitahuan sampai yang lebih parah yaitu dengan mengeluarkan tenants secara tiba-tiba. Namun, hal yang menyangkut syarat calon tenant untuk mendapatkan rumah yang diinginkan masih merupakan rahasia si agen atau landlord walaupun beberapa kondisi terpenuhi, begitu kata Jenny. Hal ini terangkat karena masalah mendapatkan tempat tinggal bagi orang asing merupakan masalah yang utama selain ”kesewenangan” agen atau landlord.

Melewati topik yang serius membuat perut lapar. PPIA mengucapkan terima kasih buat TMSGI yang telah menyiapkan makanan yang lezat. Di akhir acara, keluarga Gavin Lee bergabung merayakan ulang tahun anaknya, Chiquita. Lengkaplah sudah kegembiraan keluarga PPIA hari ini. Selamat Ulang Tahun Chiquita!


create your own slideshow



© PPIA-JCU

Australian-Italian Festival at Ingham

Terpesona dengan iklan membuat beberapa students dan keluarganya berangkat ke kota Ingham107 km utara Townsville. Sejak jumat 18 sampai minggu 20 Mei 2007 kota Ingham semarak dengan Italian Festival-nya. Walaupun menggunakan ”Italian” namun sebenarnya festival ini bersifat multiculture. Diadakan pertama kali pada tahun 1994 yang disponsori oleh komunitas Italian dan keturunannya di Kota Ingham, kota dengan komposisi Italian kurang lebih 60 persen dari penduduknya. Motonya sederhana: Mangiamo, Beviamo and Cantiamo (Eat, Drink and Celebrate)!

Perjalanan hanya memakan waktu kurang lebih satu setengah jam, namun beberapa saat rombongan singgah di Frosty Mango yang terkenal itu, untuk mencicipi ice cream yang ternyata memiliki rasa… ice cream juga . Perjalanan ke Ingham memang sudah direncanakan sejak minggu sebelumnya, namun bermalam di dalam tenda hanya tercetus sesaat sebelum berangkat. Akibatnya beberapa students terpaksa meminjam tenda dari mbak Igam, orang Indonesia yang tinggal di Ingham (cocok juga namanya ama kotanya ya?). Saking excitednya, setelah istirahat sejenak di rumahnya mbak Igam, semua students langsung ke arena festival. Uang masuk 5 dollar untuk dewasa, tanpa karcis hanya stempel. Stempel itu berlaku selama festival asal jangan mandi, kata the gate keeper. Ternyata sore itu tak ada apa-apa, hanya seperti kegiatan pameran di Indonesia, kata salah seorang student. Semuanya berkeringat, panas juga sore itu. Tiba-tiba salah seorang sadar bahwa keringat juga bisa menghapus stempel. Semuanyapun bergegas mencari perlindungan, cooling down.

Malamnya mereka balik lagi berbekal stempel. Di sebuah panggung terbuka sementara diadakan pementasan ”main api”. Lima laki-laki tangguh menampilkan keahliannya memainkan api. Tapi toh bukan berarti atraksi ini tanpa perlindungan. Di deretan penonton terdepan ternyata duduk beberapa orang dari satuan pemadam kebakaran. Beberapa saat setelah itu penonton diberi kesempatan mencari makanan. Nah, inilah pekerjaan yang paling sulit. Mendapatkan makanan yang enak harus rela antri lama. Kayaknya kebanyakan penonton sudah tahu kantin mana yang menyajikan makanan yang lezat walaupun toh tidak gratis (seperti kabar burung sesama Indonesian students sebelumnya). Beberapa acarapun berlalu seperti final lomba makan pizza paling cepat dan beberapa games yang melibatkan penonton. Ternyata acara malam itu, cuma itu! Jalan-jalan mengitari arena festival ternyata tak bisa membunuh kebosanan. Festival ini seperti pasar malam di kecamatan saja, celutuk student yang lain. Merekapun berlalu, melanjutkan malam dengan main kartu.


create your own slideshow




© PPIA-JCU