Wednesday, February 28, 2007

Coretan dan Kloter terakhir


Tak jauh saja jarak kepulangan Mba Ghita sekeluarga dari Pak Patrice & keluarga, Mba Ghita pun meninggalkan Townsville tgl 20 February 2007.. Mba Ghita dan Pak Patrice sukses menggoreskan sejarah "cinta Townsville" setelah menjalani Master dan PhD sekaligus di James Cook University-Townsville pada waktu yang selalu bersamaan.. 'nanti postdoc sama-sama lagi ya Pak Patrice dan Mba Ghita, biar kita-kita diajak ke luar negeri lagi' demikian gurauan Bu Patrice dan Pak Hasbi..

coretan terakhir Hasbi Junior (Rae dan Tilla) di sela-sela penantian hari-H kepulangan.. gambar salah satu species Dinosaurs yang bersayap.. hayalan terbang ke Indonesia naik "Dinosaurs", "Garuda" pasti kalah cepat.. Tak kalah.. Franca juga menaiki boneka "guedhe" "Kangguru"-nya.. loncatannya pasti jauh dan tinggi.. Makin pintar ya Rae, Tilla, Moralos, Franca dan Joakim.. gantungkan cita-citamu setinggi mungkin dan berusaha keras 'tuk mencapainya..


"Selamat Jalan Pak Patrice dan Mba Ghita beserta keluarga.. sukses ya di tanah air.. "

© PPIA-JCU

Tuesday, February 27, 2007

kloter terakhir


Jumat, 23 Februari 2007sore, kloter terakhir dari rombongan pulang kampung ”for good” pun pulang sudah. Patrice sekeluarga akhirnya meninggalkan Gulliver, Townsville dan kesahajaannya, pulang ke tempat asal. Ke dunia nyata, kata sebagian orang. Ada yang lain memang semalam sebelum mereka pulang. Di sana ada dansa poco-poco selain tradisi makannya. Well, poco-poco-dangdut bahasa kerennya. Walau juga sempat ada airmata menetes di keriuhan suasana, namun itu tak mengganggu suasana panggung poco-poco dadakan.

Ada hal yang unik setelah Patrice dan keluarganya boarding. Barangkali sudah dikoordinasi sebelumnya atau tidak, namun, beberapa pengantar langsung datang ke rumah tetangga Patrice. Atau juga mungkin tetangganya sudah mengatur sebelumnya tanpa sepengetahuan Patrice. Saat bagi-bagi “lungsuran” pun tiba. Di sana ada penjaja dan penawar, tepatnya di garasi tetangga Patrice. Everybody happy!


© PPIA-JCU

Friday, February 16, 2007

Intip IAP



4minggu sudah berlalu. banyak hal baru yang pastinya memenuhi kalbu. mengikuti IAP bukan sekedar ritual course yg harus dijalani, tetapi juga pelajaran hidup yang berharga menjalani hari. bertemu dengan teman2 baru, dengan segala perbedaan budaya, bahasa, bahkan busana serta merta menjadikannya tidak kentara. papua new guinea, nepal, bhutan, indonesia, solomon island, taiwan, tonga, bersama2 kami memasuki babak baru dan juga dunia baru, JCU.

IAP, menurut teman2 saat yang paling di favoritkan adalah morning tea, subject yg paling menyenangkan adl excursion, kegiatan akademis yg sangat bermanfaat sudah tentu academic writing, and materi yg paling membosankan adalah computer class. anyway, everyone happy with the subject. apalagi kita punya instruktur yg baik hati seperti Peter & June, serta Rosemary.

bagaimana pun, ada pertemuan ada perpisahan. ada awal ada akhir. so, sudah waktunya masing2 dari kami fokus ke kuliah yg sesungguhnya. so, closing ceremony pun tengah dilakukan jumat 15.02.07. menyenangkan karena akhirnya selesai juga course yg panjang ini tetapi di sisi lain dalam kalbu ada segetir rasa sedih krn pastinya masa2 ini akan dirindukan, hik sik.

yg pasti, belajar tidak akan pernah ada batas waktu, tempat, dan usia. dimana pun serta kapan pun, semua bisa dijadikan bahan pelajaran hidup :-). bye bye IAP, and welcome course.

© PPIA-JCU

Thursday, February 15, 2007

Ghitarina-seorang "Ibu" yang "PhD"




Selama kurang lebih 2 jam, 15 February 2007, calon Doctor Ghitarina berhasil mempertahankan disertasinya tentang "The response of fish to sub-lethal levels of pollutants: Coenzyme Q redox balance as a biomarker" dan melayani tanya jawab dengan gemilang! Usai perhelatan Phd-Exit, dilanjutkan dengan farewell afternoon tea bersama supervisor dan rekan-rekan..

Hari ini juga.. Tentu saja menjadi detik-detik bersejarah untuk Ibu 2 orang anak ini. Hari demi hari yang telah terlewati yang terisi dengan membagi waktu dan kerja keras antara kesibukan sebagai PhD student bahkan harus bolak-balik ke AIMS dan seharian di lab dan aquarium dan kesibukan sebagai ibu rumah tangga, malah sempat menjadi Presiden PPIA 2004/2005.. akhirnya menjadi lembaran sejarah untuk dikenang dan diambil teladan..

Teriring doa semoga lancar untuk tahapan berikutnya: submission dan review hingga sukses menyandang gelar “Doktor” dan publikasi internasionalnya serta tercapai cita-cita kelak menjadi Guru Besar seperti ayahanda..


© PPIA-JCU

Nervouspun usai sudah bagi seorang Githarina

Semuanya terlewati sudah, kecuali submission. Namun setidaknya momen exit seminar telah mengambil lebih dari setengah kekuatiran dan kelelahan yang dialami selama ini. Kegembiraan ini tak lepas dari perjuangannya yang melelahkan, sampai pada suatu saat beliau sempat berkeluh kesah. Inilah keluh kesah beliau yang bertajuk "Ahhh.......!!!!"
Ahhh....ternyata S3 itu susah...apalagi untuk seorang Ibu yang punya 2 anak yang masih kecil seperti saya ini. Tiga tahun berlalu seperti sangat cepat...tapi kok serasa study ini jalan ditempat aja???. Capek...capek... otak n hati, n fisik. Pengen rasanya menyerah..tapi klo mengingat perjuanganku selama ini..kok..sayang sekali klo mesti mundur. Jauh jauh sekolah ke Australia sejak master (masih satu anak), hingga ngambil PhD ini, serasa sayang tuk dimandekkan...tapi ........
more at her blog

© PPIA-JCU

Tuesday, February 13, 2007

Saat Syahrir-Icha-Fauzan pulang kampung

Sejauh ini tak ada air mata yang menetes, namun haruskah kesedihan digambarkan dengan air mata? Air matapun bisa menetes tanpa harus sedih. Misalnya, kalut saat paspor yang dicari ternyata ngumpet di tas yang lain. Apalagi saat semuanya menumpuk antara excited pulang kampung dan complicated-nya imigrasi. Well, semua orang mengalaminya koq yang membedakan hanya waktu dan jenis masalahnya.

Hari ini keluarga Syahrir pulang kampung. Go home for good, kata orang-orang Ausie. Seperti biasanya banyak pengantar, namun sayangnya orang-orang yang dulunya sebagai pengantar sekarang diantar pulang. Pengantaran ini merupakan akhir dari serangkaian ritual mulai dari main voli sampai ke makan malam bersama. Ritual ini takkan pernah berhenti namun kenangan akan tetap abadi, apalagi bila di foto dan di shooting ;-)

Selamat berjuang!

© PPIA-JCU

Tuesday, February 06, 2007

Icha-Syahrir-Fauzan mohon pamit

Akhirnya Ichapun harus balik ke kampung halaman, ke negeri tercinta. Selamat berjuang Cha!

---
Tidak terasa perjalanan kami sekeluarga di Townsville berakhir juga. Waktu lebih kurang 19 bulan laksana terbang begitu saja diantara segala kesibukan antara tugas-tugas di Uni, menjemput anak ke child care, mengurus rumah dan seabrek kesibukan hidup lainnya. Bagi kami sekeluarga lembaran hidup di Townsville akan tetap jadi sejarah terindah sekaligus paling berharga karena telah mengajarkan banyak hal. Bukan hanya merasakan hidup dalam kultur dan bahasa yang berbeda yang mengajarkan untuk menghargai perbedaan dan meresapkan nilai-nilai baik dalam perbedaan itu tetapi juga belajar mandiri dalam arti yang sesungguhnya. Sebagai keluarga muda, kami betul-betul dituntut untuk tahan banting dan menyelesaikan semua masalah sendiri. Tentu saja semua ini tidak akan bisa kami lalui tanpa ridho Tuhan yang turun melalui bantuan dan uluran tangan teman-teman baik dari Indonesia maupun dari komunitas lain dan tentu saja para ozzies (hehehehe, maksudnya orang OZ).

Bagi saya pribadi, tantangan terberat adalah menyeimbangkan waktu dan perhatian antara mengurus bayi dan menyelesaikan tugas UNI, yang subhanallah ternyata beratnya nggak tanggung-tanggung. Terkadang tugas Uni harus mengalah kalau anak lagi sakit atau jadwal kuliah pagi yang harus diskip karena tidak tega membawa anak yang sedang asyik tidur ke child care. Thanks to my lecturers yang penuh pengertian dan kadang ngasih extension. Itulah enaknya kuliah disini. Dosennya professional dan pengertian. Kadang kasih waktu khusus untuk diskusi kalo ada bahan kuliah yang tidak dimengerti. Budaya yang mudah-mudahan bisa saya petik dan amalkan sampe di tanah air.

Bagi suami, disini adalah tempat dimana kerja keras yang sesungguhnya dihargai dengan upah yang pantas. Juga tempat yang mengajarkan untuk menurunkan ego sebagai laki-laki. Menyiapkan sarapan sendiri, memasukkan cucian ke washer, menjemur dan mengurus jemuran adalah tugas rutin yang mungkin tidak akan dikerjakan di Indonesia. Dan tentu saja membantu saya mengurus anak. Terimakasih saya untuk Tuhan yang sudah memberi suami yang luar biasa.

Bagi Fauzan, tantangan terberatnya adalah mesti jarang bertemu Ayah Bundanya. Kadang saya hitung dalam seminggu kami hanya intens berkumpul sebagai keluarga dalam 48 jam. Mungkin malah kurang dan tentu saja perasaan bersalah saya karena tidak sempat mewarnai jiwanya dengan didikan kami mudah-mudahan bisa kami tebus di tanah air.

Pulang ke tanah air bagi kami sekeluarga adalah harapan. Harapan untuk hidup yang lebih baik bagi keluarga, harapan untuk lebih berguna bagi manusia lain dan tentu saja harapan untuk Indonesia yang lebih baik. Di tengah segala gempuran masalah dan bencana yang melanda negeri kita, mudah-mudahan ada yang bisa kami lakukan walaupun dalam skala kecil untuk keluarga, lingkungan dan daerah kami.

Tak lengkap rasanya kalau saya tidak mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada teman-teman yang sudah membantu dan mewarnai hidup kami selama di Townsville. Senior kami Pak Coco dan keluarga, Ibu Ghita dan Keluarga yang sering kami repotkan, rekan-rekan seangkatan Pak Hasan dan keluarga, Yansen dan keluarga, Adi dan Yuli, Irwan, Mbak Intan di Cairns yang jadi temen curhat lewat telepon, Gustaf dan keluarga, Pak Patrice dan Mbak Ola, Pak Piter Lepong dan keluarga dan Dian, Ibu Lurah PPIA. Para students terdahulu yang sudah pulang, Rusaini, Yatmi, Endah, Surya dan Icha-Bali. Terima kasih yang tak terhingga untuk segala bantuan yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Para residents baik yang permanen maupun yang temporary, Pak Halmar dan keluarga, Ibu Eko, Pak Erwin dan Mbak Yuli, Pak Muslim dan keluarga, Mba Arla dan Bryan, Mba Etha, Om Piter Liem dan Tante Grace, Mba Reefa dan semuanya yang tidak sempat saya sebutkan satu per satu, terima kasih setulusnya dari kami sekeluraga, semoga Tuhan memberi balasan atas budi baik anda semua. Kami sekeluarga juga memohon maaf yang sedalam-dalamnya atas segala tingkah laku dan perkataan yang mungkin saja telah menyakiti hati rekan-rekan students dan residents dalam pergaulan kami dengan anda semua di sini. Kepada para students baru, saya juga mengucapkan selamat datang dan permohonan maaf apabila dalam pertemuan kita yang singkat ada kata-kata dan perbuatan yang tidak berkenan.

Kalau Tuhan menghendaki, mungkin kita akan bertemu kembali, entah di Townsville, Kendari, Jakarta, Bali atau di tempat lain di bumi Tuhan ini. Sekiranya ada teman-teman yang ke Sulawesi dan singgah ke Kendari, silahkan mampir ke tempat kami. Insya Allah, kami mudah di temukan.
Kantor :
Wa Iba
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Kampus Bumi Tridharma Anduonohu Kendari
Universitas Haluoleo

Rumah
Jl. Gersamata no 39 Anduonohu Kendari
Sulawesi Tenggara

Salam

Sahrir, Icha, FauzanWa Iba (Icha)


© PPIA-JCU